BI akan mewaspadai risiko memburuknya perekonomian global
Bank Indonesia
Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 6 persen, sama dengan posisi November dan Desember 2011. "Tingkat BI Rate kami nilai masih sejalan dengan upaya menjaga sistem keuangan dan kondusif ekonomi domestik," kata Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, dalam keterangan pers di gedung BI, Jakarta, Kamis, 12 Januari 2012.
BI berpendapat, selama 2011, perekonomian Indonesia meningkat, dengan inflasi rendah, pertumbuhan meningkat, nilai tukar stabil, dan sistem keuangan terjaga. BI akan mewaspadai risiko memburuknya perekonomian global. Inflasi pada 2012 dan 2013 ditetapkan 4,5 persen plus minus 1 persen.
Dewan Gubernur mencatat kinerja ekonomi dan keuangan global masih terus melemah seiring krisis Eropa. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan lebih rendah dengan konsumsi di negara maju yang cenderung stagnan dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal ini berdampak pada menurunnya kinerja ekspor negara berkembang.
Sementara itu, faktor keuangan global masih bergejolak, sehingga likuiditas keuangan masih cenderung ketat dengan risiko meningkat. Keuangan global dibayangi penurunan peringkat yang membayangi Eropa yang memicu sentimen negatif.
Menurut dia, di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi cukup kuat seiring terjaganya stabilitas makro ekonomi dan keuangan. Pertumbuhan ekonomi triwulan empat diperkirakan sebesar 6,5 persen didukung konsumsi rumah tangga, dan masih terjaganya kinerja sektoral meskipun sedikit melambat.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2012 diperkirakan mencapai 6,5 persen lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya 6,1 persen. Dari sisi produksi, sektor-sektor yang diperkirakan menjadi pendorong utama adalah industri, transportasi, komunikasi, perdagangan, dan restoran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar