Waktu seolah tak pernah berjalan di kawasan seperti Pripyat di Ukranina, dan Tomioka
Pripyat, kota mati akibat tragedi Chernobyl
Orang menyebutnya 'kota hantu'. Bukan karena penampakan-penampakan hantu mengerikan di kawasan itu, tapi karena tak ada orang yang boleh memasuki area tersebut. Kawasan yang dulunya ramai dengan puluhan ribu warga mendadak kosong tak berpenghuni.
Waktu seolah tak pernah berjalan di kawasan seperti Pripyat di Ukranina, dan Tomioka di Jepang. Radiasi nuklir yang menyergap membuat dua kawasan itu terisolasi selama bertahun-tahun.
Sebelum ledakan nuklir 26 April 1986, Pripyat merupakan sebuah kawasan ramai dengan penduduk ribuan. Merupakan kawasan perumahan para pekerja pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl. Namun, lelehan inti nuklir membuat warga harus meninggalkan rumah-rumah mereka selamanya.
Dengan tingkat radiasi supertinggi yang menelan hampir 50 ribu jiwa di masa itu, Pripyat berhenti berdenyut. Sekolah, rumah, kolam renang, rumah sakit, dan banyak bangunan lain hancur. Semua isi di dalamnya dibiarkan tertinggal, seperti bangku, televisi, pakaian, mobil, dan barang berharga lainnya.
Menjadi bagian sejarah dunia, kawasan yang mulai aman dari paparan radiasi nuklir itu kini mulai menarik wisatawan. Sejumlah agen perjalanan mulai menawarkan paket wisata ke sana. Sisa-sisa bangunan tak terawat, pohon-pohon yang tumbuh liar menjadi daya tarik tersendiri.
Jika Pripyat sudah terlihat begitu usang, Tomioka masih memperlihatkan simbol-simbol modernitas. Maklum, kota ini baru ditinggalkan penghuninya beberapa bulan lampau, saat gempa dan tsunami memicu ledakan reaktor nuklir di Fukushima.
Masuk dalam radius 20 kilometer area bahaya, Tomioka tak lagi boleh dihuni. Otoritas setempat tak ingin mengambil risiko sedikitpun terkait paparan radiasi yang membahayakan tubuh manusia.
Tomioka yang dulu dikenal sebagai kota pertanian dan industri, kini bagaikan kota mati. Sepeda dan mobil masih terparkir menunggu pemiliknya. Swalayan tampak berantakan dengan barang-barang di raknya, tercecer karena guncangan gempa. Belum dapat dipastikan kapan para penduduk dapat kembali ke rumah mereka.
Waktu seolah tak pernah berjalan di kawasan seperti Pripyat di Ukranina, dan Tomioka di Jepang. Radiasi nuklir yang menyergap membuat dua kawasan itu terisolasi selama bertahun-tahun.
Sebelum ledakan nuklir 26 April 1986, Pripyat merupakan sebuah kawasan ramai dengan penduduk ribuan. Merupakan kawasan perumahan para pekerja pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl. Namun, lelehan inti nuklir membuat warga harus meninggalkan rumah-rumah mereka selamanya.
Dengan tingkat radiasi supertinggi yang menelan hampir 50 ribu jiwa di masa itu, Pripyat berhenti berdenyut. Sekolah, rumah, kolam renang, rumah sakit, dan banyak bangunan lain hancur. Semua isi di dalamnya dibiarkan tertinggal, seperti bangku, televisi, pakaian, mobil, dan barang berharga lainnya.
Menjadi bagian sejarah dunia, kawasan yang mulai aman dari paparan radiasi nuklir itu kini mulai menarik wisatawan. Sejumlah agen perjalanan mulai menawarkan paket wisata ke sana. Sisa-sisa bangunan tak terawat, pohon-pohon yang tumbuh liar menjadi daya tarik tersendiri.
Jika Pripyat sudah terlihat begitu usang, Tomioka masih memperlihatkan simbol-simbol modernitas. Maklum, kota ini baru ditinggalkan penghuninya beberapa bulan lampau, saat gempa dan tsunami memicu ledakan reaktor nuklir di Fukushima.
Masuk dalam radius 20 kilometer area bahaya, Tomioka tak lagi boleh dihuni. Otoritas setempat tak ingin mengambil risiko sedikitpun terkait paparan radiasi yang membahayakan tubuh manusia.
Tomioka yang dulu dikenal sebagai kota pertanian dan industri, kini bagaikan kota mati. Sepeda dan mobil masih terparkir menunggu pemiliknya. Swalayan tampak berantakan dengan barang-barang di raknya, tercecer karena guncangan gempa. Belum dapat dipastikan kapan para penduduk dapat kembali ke rumah mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar