Tiga penumpang ditemukan selamat, Minggu kemarin. Termasuk pasangan bulan madu asal Korsel
Kapal Costa Concordia yang kandas di pesisir barat Italia
Mereka yang selamat menggambarkan adegan di malam nahas itu kacau dan panik, tanpa peringatan evakuasi yang memadai. Mirip dengan kejadian tenggelamnya kapal Titanic 100 tahun lalu.
Tiga hari pasca tragedi, pencarian korban masih dilakukan, tim penyelamat mencari sisa-sisa penumpang yang masih dinyatakan hilang.
Di tengah upaya penyelamatan itu, sebuah kisah dramatis terjadi, penyelamatan tiga orang dari dalam kapal yang karam, Minggu kemarin, dalam kondisi bernyawa -- hanya beberapa jam sebelum para penyelam menemukan dua korban tewas, keduanya pria berusia lanjut, mengambang di dalam lambung kapal.
Dua di antara korban selamat adalah pasangan bulan madu dari Korea Selatan. Teriakan mereka dari dalam kabin menuntun tim penyelamat. Pasangan itu ditemukan dalam kondisi panik dan kebingungan, namun tak terluka. Mereka berada di dalam kabinnya, yang untungnya, sebagian dalam kondisi kering.
Korban selamat lainnya adalah, Giampetroni yang langsung dilarikan ke rumah sakit dekat Grosseto, dalam kondisi kaki patah. "Aku tak pernah kehilangan harapan untuk selamat, tapi bagaimanapun, itu adalah 36 jam yang sangat mengerikan," kata dia seperti dimuatTelegraph, Senin 16 Januari 2012.
Ia terluka saat terpeleset, kala itu ia lari ke dek yang lebih rendah, untuk menolong penumpang lain melarikan diri dari kapal yang mulai tenggelam, sekitar Jumat tengah malam. Karena cederanya itu, ia justru terjebak.
Pada Minggu malam waktu setempat, tim SAR terus saja mendengar suara teriakan, menerbitkan harap, ada korban selamat yang masih terjebak dalam kamar.
Cosimo Nicastro dari kesatuan penjaga pantai mengatakan, tim SAR berharap penumpang lain, juga kru, ditemukan dalam kondisi selamat, di lokasi kantung-kantung udara di dalam kapal.
Namun, untuk masuk ke dalam badan kapal bukan perkara gampang. Mereka terancam bahaya, bisa bertabrakan dengan barang-barang besar yang mengambang, seperti kasur dan karpet yang bisa tersangkut pada peralatan selam.
Ukuran kapal yang besar, dan fakta bahwa ia miring dalam sudut 90 derajat dan setengah terendam, membuat upaya penyelamatan sulit dilakukan.
Luca Cari dari dinas pemadam kebakaran, mengibaratkan kapal itu sebagai "kota terapung". Ia menambahkan, para penyelam dengan susah payang memeriksa kabin demi kabin kapal sepanjang 1.000 kaki itu, dalam kegelapan.
Pihak berwenang mengatakan bahwa 15 orang masih belum ditemukan, termasuk penumpang dan anggota kru. Beberapa yang hilang diduga awak kapal dari negara-negara Asia, yang mungkin tidak mengerti instruksi penyelamatan yang diberikan dalam Bahasa Italia.
"Robek di lambung berada di tingkat ruang mesin, itu berarti kabin para kru berada di bawah air," kata Sergio Ortelli, walikota Giglio.
Ennio Aquilino, komandan pemadam kebakaran Grosseto, mengatakan, penyelamat dan terutama korban sulit untuk mengenali wilayah kapal. Saking luasnya. "Kapal ini memiliki 12 tingkat, tujuh atau delapan di antaranya berada di bawah air Ini seperti sebuah katedral besar, labirin."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar