Arkeolog menemukan tempat tidur semacam tikar atau matras berusia 77.000 tahun di Goa Sibudu, Afrika Selatan. Penemuan tikar yang dipublikasikan di jurnal Science, minggu ini, tersebut menunjukkan betapa manusia saat itu sudah kreatif dan berpengetahuan pada masa itu.
Tikar tertua itu diketahui terbuat dari batang dan daun pohon yang dimampatkan. Identifikasi yang dilakukan memberi petunjuk bahwa salah satu tumbuhan yang digunakan adalah Cryptocarya woodii, tanaman tradisional yang memiliki khasiat antinyamuk.
"Pemilihan daun ini untuk konstruksi tikar menunjukkan bahwa manusia yang tinggal di Sibudu memiliki pengetahuan yang mendalam tentang tanaman di sekitarnya dan paham manfaat medisnya," kata Lyn Wadley, arkeolog dari Universitas Witwatersrand di Johanesburg, Afrika Selatan.
"Obat herbal telah memberi manfaat bagi manusia kala itu, dan penggunaan bahan tolak serangga menambah pemahaman kita tentang perilaku manusia 77.000 tahun yang lalu," tutur Wadley, seperti dikutip Livescience, Kamis (8/12/2011).
Arkeolog mengungkapkan, setidaknya tiga lapisan di situs Sibudu memiliki tikar dengan rentang usia 38.000-77.000 tahun. Kondisi tikar yang telah memfosil itu terbilang bagus. Tikar tertua yang ditemukan itu 50.000 tahun lebih tua daripada alat tidur serupa yang pernah ditemukan.
Analisis pada tikar menyebutkan bahwa manusia kala itu secara reguler membakarnya setelah dipakai. Menurut Christopher Miller dari Universitas Tubingen, Jerman, yang terlibat penelitian ini, hal itu mungkin dilakukan untuk menghilangkan serangga atau hewan kecil lainnya.
Analisis juga mengungkap bahwa tikar di masa itu tidak sekadar untuk tidur, tetapi juga untuk bekerja dan kegiatan hidup lainnya. Ilmuwan mengatakan, tikar yang ada di tempat tidur manusia 58.000 tahun lalu lebih padat, menunjukkan bahwa populasinya makin banyak.
Tikar tertua itu diketahui terbuat dari batang dan daun pohon yang dimampatkan. Identifikasi yang dilakukan memberi petunjuk bahwa salah satu tumbuhan yang digunakan adalah Cryptocarya woodii, tanaman tradisional yang memiliki khasiat antinyamuk.
"Pemilihan daun ini untuk konstruksi tikar menunjukkan bahwa manusia yang tinggal di Sibudu memiliki pengetahuan yang mendalam tentang tanaman di sekitarnya dan paham manfaat medisnya," kata Lyn Wadley, arkeolog dari Universitas Witwatersrand di Johanesburg, Afrika Selatan.
"Obat herbal telah memberi manfaat bagi manusia kala itu, dan penggunaan bahan tolak serangga menambah pemahaman kita tentang perilaku manusia 77.000 tahun yang lalu," tutur Wadley, seperti dikutip Livescience, Kamis (8/12/2011).
Arkeolog mengungkapkan, setidaknya tiga lapisan di situs Sibudu memiliki tikar dengan rentang usia 38.000-77.000 tahun. Kondisi tikar yang telah memfosil itu terbilang bagus. Tikar tertua yang ditemukan itu 50.000 tahun lebih tua daripada alat tidur serupa yang pernah ditemukan.
Analisis pada tikar menyebutkan bahwa manusia kala itu secara reguler membakarnya setelah dipakai. Menurut Christopher Miller dari Universitas Tubingen, Jerman, yang terlibat penelitian ini, hal itu mungkin dilakukan untuk menghilangkan serangga atau hewan kecil lainnya.
Analisis juga mengungkap bahwa tikar di masa itu tidak sekadar untuk tidur, tetapi juga untuk bekerja dan kegiatan hidup lainnya. Ilmuwan mengatakan, tikar yang ada di tempat tidur manusia 58.000 tahun lalu lebih padat, menunjukkan bahwa populasinya makin banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar