Sukses merupakan keberanian untuk terus mencoba dan keberanian bangkit dari kegagalan
Sukses merupakan keberanian untuk terus mencoba dan keberanian bangkit dari kegagalan
Naga Air merupakan simbol di tahun ini. Tak sedikit mereka yang mengaitkan simbol naga air dengan jalan kesuksesan hidup. Untuk membedah hal itu, Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (MAGABUDHI) menggelar seminar yang menghadirkan Bhikkhu Utomo Mahathera dan artis Trie Utami, di Sanur, Bali, Minggu 12 Februari 2012.
Dalam paparannya, Bhikkhu Utomo mengatakan memulainya dari definisi kata sukses. Menurutnya, definisi sukses merupakan keberanian untuk terus mencoba dan keberanian untuk bangkit dari kegagalan. “Ambil contoh ketika pangeran Sidharta gagal, dia tak putus asa, terus bangkit dan mencoba lagi,” katanya.
Kesuksesan merupakan satu proses hidup yang harus dijalani. Tentu saja siapa pun bisa meraih kesuksesan, termasuk kita semua. Hanya saja, yang berkembang di masyarakat luas kesuksesan selalu diukur dengan keberhasilan secara material. “Tapi bagaimana kesuksesan secara dharma? Tak banyak orang yang memperbicangkannya dan menjadikan ia sebagai tolok ukur sebuah kesuksesan,” kata Bhikkhu Utomo.
Tak sukses di mata orang, belum tentu kegagalan bagi yang menjalani. Sebaliknya, bisa saja yang dianggap gagal bagi hampir kebanyakan orang dimaknai sebagai kesuksesan bagi sebagian orang. “Misalnya kita menaruh garam di satu gelas. Kita tak dapat mengurangi jumlah garam yang ada. Yang kita bisa adalah mengurangi rasa asin akibat garam. Itu bisa dilakukan dengan menambah air pada gelas yang terisi garam,” ujarnya.
Untuk itu, jika mengalami jalan buntu yang bernama kegagalan, maka kita harus berpikir menghentikan kegagalan itu dengan cara melakukan kebaikan. Kuncinya adalah dengan berbuat baik, berpikir positif dan tak mengabaikan keyakinan agama yang dipercayainya.
“Berpikir positif itu sarana untuk meretas jalan kesuksesan. Tentu tak lupa tetap memerhatikan jalan spiritual dengan berbuat kebaikan,” ujarnya.
Hal lain yang mesti dijadikan pedoman adalah fokus pada tujuan. Dengan begitu, penempaan mental akan terus terjaga. “Artinya, semangat untuk terus mencapai tujuan itu tetap harus ada,” saran dia.
Sementara Trie Utami menandaskan hal yang hampir senada. Ia mengajak untuk meyakini terlebih dahulu energi positif yang dimiliki setiap manusia. “Yakin tidak kita dengan energi positif yang kita miliki? Kalau kita yakin, maka kita dapat mengelola energi itu untuk mengantarkan kita kepada jalan kesuksesan,” ucap perempuan yang akrab disapa Mbak I'i ini.
Hal yang perlu dicamkan, jika waktu tak pernah bisa diajak kompromi untuk menunggu. “Berpikir positif itu begitu hebat. Apa yang ada dalam pikiran kita bisa terwujud. Jika frekuensi dan putarannya tepat, maka kita bisa melahirkan energi positif itu,” terang dia.
Dalam paparannya, Bhikkhu Utomo mengatakan memulainya dari definisi kata sukses. Menurutnya, definisi sukses merupakan keberanian untuk terus mencoba dan keberanian untuk bangkit dari kegagalan. “Ambil contoh ketika pangeran Sidharta gagal, dia tak putus asa, terus bangkit dan mencoba lagi,” katanya.
Kesuksesan merupakan satu proses hidup yang harus dijalani. Tentu saja siapa pun bisa meraih kesuksesan, termasuk kita semua. Hanya saja, yang berkembang di masyarakat luas kesuksesan selalu diukur dengan keberhasilan secara material. “Tapi bagaimana kesuksesan secara dharma? Tak banyak orang yang memperbicangkannya dan menjadikan ia sebagai tolok ukur sebuah kesuksesan,” kata Bhikkhu Utomo.
Tak sukses di mata orang, belum tentu kegagalan bagi yang menjalani. Sebaliknya, bisa saja yang dianggap gagal bagi hampir kebanyakan orang dimaknai sebagai kesuksesan bagi sebagian orang. “Misalnya kita menaruh garam di satu gelas. Kita tak dapat mengurangi jumlah garam yang ada. Yang kita bisa adalah mengurangi rasa asin akibat garam. Itu bisa dilakukan dengan menambah air pada gelas yang terisi garam,” ujarnya.
Untuk itu, jika mengalami jalan buntu yang bernama kegagalan, maka kita harus berpikir menghentikan kegagalan itu dengan cara melakukan kebaikan. Kuncinya adalah dengan berbuat baik, berpikir positif dan tak mengabaikan keyakinan agama yang dipercayainya.
“Berpikir positif itu sarana untuk meretas jalan kesuksesan. Tentu tak lupa tetap memerhatikan jalan spiritual dengan berbuat kebaikan,” ujarnya.
Hal lain yang mesti dijadikan pedoman adalah fokus pada tujuan. Dengan begitu, penempaan mental akan terus terjaga. “Artinya, semangat untuk terus mencapai tujuan itu tetap harus ada,” saran dia.
Sementara Trie Utami menandaskan hal yang hampir senada. Ia mengajak untuk meyakini terlebih dahulu energi positif yang dimiliki setiap manusia. “Yakin tidak kita dengan energi positif yang kita miliki? Kalau kita yakin, maka kita dapat mengelola energi itu untuk mengantarkan kita kepada jalan kesuksesan,” ucap perempuan yang akrab disapa Mbak I'i ini.
Hal yang perlu dicamkan, jika waktu tak pernah bisa diajak kompromi untuk menunggu. “Berpikir positif itu begitu hebat. Apa yang ada dalam pikiran kita bisa terwujud. Jika frekuensi dan putarannya tepat, maka kita bisa melahirkan energi positif itu,” terang dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar