Bermodal US$3,2 triliun, China dipandang berpotensi membantu Eropa mengatasi krisis utang
China menyerukan Eropa agar membuat produk-produk investasi yang lebih atraktif bagi China.
Menurut kantor berita Reuters, komitmen dan seruan itu dilontarkan Gubernur Bank Sentral China, Zhou Xiaochuan, pada Rabu waktu setempat. Dia mengungkapkan bahwa China dan sejumlah ekonomi yang tengah bangkit, yaitu Brazil, Rusia dan India, tengah menunggu saat yang tepat untuk membantu kelompok negara-negara pengguna mata uang euro yang tengah dilanda krisis utang.
Namun, Zhou menyarankan Uni Eropa perlu berusaha lebih keras untuk mengundang daya tarik China agar meningkatkan partisipasi membeli surat utang regional mereka, yang saat ini diterbitkan Dana Penstabilan Keuangan Eropa (EFSF). "Kami juga berharap zona euro dan Uni Eropa bisa mengupayakan mekanisme yang lebih inovatif dalam menawarkan produk-produk baru yang bisa mempererat kerjasama China - Eropa," kata Zhou.
Dia pun mengulangi seruan dari Perdana Menteri Wen Jiabao bahwa China sudah siap memainkan peran lebih besar dalam membantu mengatasi masalah utang Eropa. China pun tidak mengurangi minat dalam membeli obligasi Eropa.
China memiliki cadangan devisa sekitar US$3,2 triliun. Modal besar ini dipandang bisa membantu pendanaan bagi Eropa dengan membeli lebih banyak obligasi terbitan EFSF. Uni Eropa, terutama zona euro, sangat membutuhkan modal segar untuk bisa membiayai anggota-anggota yang menderita krisis utang yang parah, seperti yang tengah terjadi di Yunani dan Italia.
Menyadari dana besar yang dimiliki China, Uni Eropa dalam beberapa bulan terakhir mengutus para petinggi mereka - termasuk Kanselir Angela Merkel dari Jerman - untuk membujuk pemerintah China agar lebih banyak lagi membantu mereka.
Pekan ini Uni Eropa mengirim pemimpin parlemen Herman Van Rompuy and pemimpin eksekutif Jose Manuel Barroso ke Beijing untuk membicarakan krisis euro dengan para petinggi China.
Menurut kantor berita Reuters, komitmen dan seruan itu dilontarkan Gubernur Bank Sentral China, Zhou Xiaochuan, pada Rabu waktu setempat. Dia mengungkapkan bahwa China dan sejumlah ekonomi yang tengah bangkit, yaitu Brazil, Rusia dan India, tengah menunggu saat yang tepat untuk membantu kelompok negara-negara pengguna mata uang euro yang tengah dilanda krisis utang.
Namun, Zhou menyarankan Uni Eropa perlu berusaha lebih keras untuk mengundang daya tarik China agar meningkatkan partisipasi membeli surat utang regional mereka, yang saat ini diterbitkan Dana Penstabilan Keuangan Eropa (EFSF). "Kami juga berharap zona euro dan Uni Eropa bisa mengupayakan mekanisme yang lebih inovatif dalam menawarkan produk-produk baru yang bisa mempererat kerjasama China - Eropa," kata Zhou.
Dia pun mengulangi seruan dari Perdana Menteri Wen Jiabao bahwa China sudah siap memainkan peran lebih besar dalam membantu mengatasi masalah utang Eropa. China pun tidak mengurangi minat dalam membeli obligasi Eropa.
China memiliki cadangan devisa sekitar US$3,2 triliun. Modal besar ini dipandang bisa membantu pendanaan bagi Eropa dengan membeli lebih banyak obligasi terbitan EFSF. Uni Eropa, terutama zona euro, sangat membutuhkan modal segar untuk bisa membiayai anggota-anggota yang menderita krisis utang yang parah, seperti yang tengah terjadi di Yunani dan Italia.
Menyadari dana besar yang dimiliki China, Uni Eropa dalam beberapa bulan terakhir mengutus para petinggi mereka - termasuk Kanselir Angela Merkel dari Jerman - untuk membujuk pemerintah China agar lebih banyak lagi membantu mereka.
Pekan ini Uni Eropa mengirim pemimpin parlemen Herman Van Rompuy and pemimpin eksekutif Jose Manuel Barroso ke Beijing untuk membicarakan krisis euro dengan para petinggi China.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar