Tembok pembatas ini dibangun mengelilingi hampir seluruh bangunan Pondon Pesantren Lirboyo dengan panjang mencapai 70 meter. Di bagian pintu yang dibuat belakangan, dikenal sebagai penghapus segala macam ilmu hitam bagi siapa saja yang melintasinya. Samsul Hadi/detikSurabaya.
Terowongan misteri Lirboyo juga dikenal memiliki cerita mistis. Samsul Hadi/detikSurabaya |
Pondok lama menjadi salah satu lokasi misteri Pondok Pesantren Lirboyo. Samsul Hadi/detikSurabaya. |
Sumur tua yang ada di bagian barat Masjid Lawang Songo juga dipercaya memiliki misteri. Samsul Hadi/detikSurabaya. |
Kelopo Kembar (repro), saat masih berdiri di depan Masjid Lawang Songo, sebelum akhirnya didirikan serambi luar. Keberadaannya sempat dipertahankan di atas bangunan serambi, sambi akhirnya ditebag, setelah mati sekitar 5 tahun silam. Samsul Hadi/detikSurabaya. |
Bangunan Masjid Lawang Songo dari bagian serambi kuning. Di dalamnya diyakini dihuni santri dari golongan makhluk halus. Samsul Hadi/detikSurabaya. |
Kediri - Siapa yang tidak kenal dengan nama Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo. Pondok pesantren yang berdiri di Kelurahan Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, dikenal tak hanya umat Islam di pelosok tanah air tapi juga mashyur hingga negara tetangga.
Sejumlah cerita pun mengiringi berdirinya ponpes tersebut. Dari kisah nyata hingga berbau mistis pun beredar dari mulut ke mulut.
Pondok Pesantren Lirboyo didirikan oleh KH Abdul Karim tahun 1910 atau 100 tahun silam. Sejumlah peninggalan sang pendiri itulah yang saat ini banyak diceritakan memiliki kisah unik berbau mistis, satu diantaranya adalah Masjid Lawang Songo. Dinamakan seperti itu karena memiliki 9 pintu pada bangunannya, yang tersusun masing-masing 3 di bagian depan dan di sisi kanan dan kiri bangunan.
Masjid Lawang Songo dibangun bersamaan dengan dimulainya pendirian pesantren. Saat ini kondisinya sudah sangat berbeda dengan saat pertama kali didirikan, yang ditandai dengan terbentuknya 3 bagian, masing-masing ruang utama Masjid Lawang Songo, serambi kuning dan kantor muktamar berupa serambi dengan keramik warna hitam.
"Dinamakan serambi kuning karena ubinnya warna kuning, itu dibangun zamannya KH Mahrus Ali dan KH Marzuki Dahlan. Beliau adalah putra KH Abdul Karim. Sedangkan yang kantor muktamar dibangun sekitar 8 tahun lalu," jelas Ahyar, salah seorang santri Ponpes Lirboyo kepada detiksurabaya.com, Jumat (19/11/2010).
Ahyar mengatakan, di Masjid Lawang Songo inilah sejumlah cerita mistis Pesantren Lirboyo dimulai. Diantaranya adanya perasaan ramai pada diri setiaporang yang menginjakkan kakinya di dalam masjid, meski di saat bersamaan kondisinya sedang sepi. "Itu bukan rahasia lagi, karena termasuk saya juga sering merasakannya," tuturnya.
Ketika mengenai asal muasal kejadian tersebut, Ahyar tidak bisa memberikan penjelasan. Informasi yang didapat dirinya dari sejumlah seniornya ada perasaan aneh yang dirasakan setiaporang dalam Masjid Lawang . Banyak santri merasa ada 'santri lain' di Ponpes Lirboyo.
"Di Lirboyo ini kan santrinya tidak hanya dari yang kasaran, tapi juga golongan halus, makanya saya sebut santri lain. Ya percaya nggak percaya ini memang nyata, ustadz juga mengakui kalau ada santri dari golongan itu," ungkapnya tanpa mau menjelaskan tentang santri golongan halus tersebut.
Masjid Lawang Songo bagi ribuan santri Lirboyo tak hanya dikenal karena adanya kisah misteri tersebut, melainkan juga sebagai 'penasehat' kasat mata. Hampir semua santri sungkan melaksanakan salat berjamaah apabila dilakukan melebihi jadwal salat.
Di Lirboyo sendiri banyak santri yang terkadang tak bisa menjalani salat berjamaah, karena jadwalnya berbenturan dengan jam belajar di ibtidayah, tsanawiyah, aliyah hingga diniyah.
"Biasanya kalau telat jamaah ya salatnya di serambi, karena ada perasaan sungkan untuk masuk ke dalam masjid. Aneh memang, dan ini sebenarnya tidak ada dalam aturan pondok," pungkas Ahyar.
(wln/wln)
Gerbang Pendidikan dan Penjaga Kesehatan Santri
Selain Masjid Lawang Songo, satu peninggalan pendiri Pondok Pesantren Lirboyo yang diyakini mempunyai misteri adalah gerbang tua. Pintu masuk menuju masjid itu meski keseluruhan bangunannya telah mengalami renovasi tapi tetap dianggap angker. Bangunan fisik masih tetap tak berubah.
Gerbang tua atau yang juga dikenal dengan nama Gerbang Masjid Lawang Songo, berada di depan kiri masjid dengan jarak sekitar 100 meter. Meski ada penambahan serambi, gerbang tua saat ini berdiri di atas halaman luar masjid atau yang biasa disebut kantor muktamar.
Keberadaannya cukup menyita perhatian pengunjung di Ponpes Lirboyo, karena gerbang yang masih utuh itu terbuat dari kayu beratapkan genting tua, berdiri diatas lantai dengan ubin keramik warna hitam mengkilap.
"Gerbang ini ada sejak tahun 1910, bareng dengan pendirian masjid dan pondok. Sampai sekarang tetap dipertahankan, yang salah satu tujuannya menjaga kelestarian peninggalan pendiri," kata Khoirul Anam, salah seorang pengurus Ponpes Lirboyo, saat berbincang dengan detiksurabaya.com, Jumat (19/11/2010).
Di mata ribuan santri Lirboyo, Gerbang Masjid Lawang Songo juga disebut sebagai gerbang pendidikan.
Di sela-sela istirahat seusai mengikuti pelajaran dan jamaah salat, tak sedikit santri yang
memiliki bersandar atau sekedar mendekat untuk menghafal Al Quran, memahami kitab kuning serta aktivitas belajar lainnya. Sejauh ini secara turun temurun seluruh santri yakin pilihan itu akan memudahkannya dalam belajar.
"Makanya tidak heran kalau sampai ada yang membawa kopi dan makanan ringan di sini, karena memang tempatnya enak untuk belajar. Kami sendiri tidak masalah, asalkan dibersihkan lagi," jelas Anam.
Gerbang Masjid Lawang Songo, masih menurut Anam, juga sebagai penjaga kesehatan santri dan seluruh elemen di Ponpes Lirboyo. Keputusan penggantian gentingnya, bersamaan dengan pembangunan serambi luar pernah berujung pada sakitnya hampir semua santri. Tak heran, hingga saat ini Gerbang Masjid Lawang Songo tetap dipertahankan seperti bangunan aslinya.
"Itu sekitar 20 tahunan yang lalu. Saya sendiri saat itu belum mondok di sini, tapi memang banyak orang yang menceritakan dan membenarkan kejadian itu," ungkap Anam serius.
Pohon Kelapa Kembar, Gardu Pandang ke Mekah
Kediri - Misteri di Masjid Lawang Songo Lirboyo, tak hanya terdapat dari bangunan dan gerbang tua. Pohon kelapa kembar (kelopo kembar) yang dulu pernah berdiri di depannya, konon dipercaya sebagai gardu pandang yang bisa memperlihatkan bangunan Kabah dan Masjidil Haram di Kota Mekah, Arab Saudi.
Tapi kelopo kembar saat ini sudah tak dapat dijumpai, setelah 5 tahun silam mati dan terpaksa harus ditebang. Sebelumnya, keberadaannya dipertahankan, bahkan dibiarkan berdiri menembus atap serambi luar.
"Dulu di sini dilubangi. Jadi pohonnya menembus atap cor ini dan terus sampai ke atas," kata Khoirul Anam, salah seorang pengurus Ponpes Lirboyo, saat berbincang santai dengan detiksurabaya.com, Jumat (19/11/2010).
Anam mengungkapkan, kelopo kembar sengaja dipertahankan karena banyak cerita mistis di dalamnya. Diantaranya adanya pengakuan dari Sayid Mustofa Abidin, salah seorang mantan santri asal Desa Brenggolo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, yang pernah menyaksikan secara langsung bangunan Kabah dan Masjidil Haram saat naik ke atasnya.
"Itu kejadiannya juga sudah sangat lama, tapi banyak yang menceritakan secara turun temurun. Saat itu beliau berniat memetik kelapa dan mendadak bisa melihat Kabah dan Masjidil Haram. Bahkan akibat kejadian itu beliau sampai jatuh dan pingsan," tutur Anam.
Pengakuan dari Sayid Mustofa Abidin ini bukan sekedar halusinasi yang bersangkutan, karena pascakejadian itu banyak yang membuktikannya.
Terkait keputusan mempertahankan keberadaan kelopo kembar, saat pembangunan serambi luar dilakukan, juga tak lepas dari keinginan KH Maksum Jauhari, salah seorang pengasuh Ponpes Lirboyo yang juga akrab disapa Gus Maksum. Tidak diketahui alasan pasti dibalik permintaan tersebut.
"Makanya saat pembangunan serambi dilakukan, pengurus dan panitia pembangunan tak berani menebang kelopo kembar," tandas Anam.
Air Sumur Tua Dipercaya Sembuhkan Berbagai Penyakit
Kediri - Hampir sama dengan sejumlah pesantren tua di Jawa Timur, Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri konon dibangun dengan bantuan makhluk halus. Salah satu buktinya dapat dijumpai dari sumur tua yang hingga saat ini ada di bagian barat Masjid Lawang Songo.
Bangunan sumur tua yang cukup diistimewakan. Keberadaannya cukup bersih dan berbeda dengan sumur lain yang ada, serta dilindungi dengan pagar tembok setinggi pundakorang dewasa.
"Ini memang ada perlakuan beda, karena santri rajin bersih-bersih disini. Ini juga sengaja dipagari, meski sebenarnya sumur ini masih digunakan," ungkap Ahyar, salah seorang santri di Ponpes Lirboyo, saat berbincang santai dengan detiksurabaya.com, Jumat (19/11/2010).
Perlakuan istimewa pada sumur tua ini, menurut Ahyar memang cukup beralasan. Konon, sumur itu merupakan sarana yang digunakan pendiri untuk bisa mendapatkan material dalam pendirian pondok. Kayu yang merupakan bahan dasar diakui didapatkan dari dalam sumur tersebut.
"Ceritanya memang begitu. Dari sini bisa keluar kayu, yang kami sendiri tidak tahu bagaimana asal muasalnya," tutur Ahyar.
Sumur tua di Lirboyo ini juga diistimewakan karena airnya bisa dimanfaatkan untuk obat segala macam penyakit yang menyerang pesantren. Hal ini sudah dibuktikan, termasuk saat pagebluk sempat menyerang awal November 2010 ini.
"Caranya ya langsung diminumkan airnya. Itu sampai sekarang masih dilakukan kalau ada santri yang sakit," kata Ahyar.
Selain sebagai sumber penghasil material pendirian pondok dan obat segala macam penyakit, sumur tua juga diyakini memiliki sumber yang terhubung langsung ke sumur zam-zam di Mekah, Arab Saudi. Dari itu air sumur tua sangat diyakini memiliki manfaat lain, salah satunya pengusir jin yang merasuki santri.
"Kejadian seperti itu pernah terjadi, ketika salah seorang satri kesurupan dan langsung sadar saat disiram air. Air sumur ini juga merupakan satu-satunya yang digunakan untuk memandikan jenazah, jika ada santri yang meninggal saat mondok," pungkas Ahyar.
Tanah Bangunan Pondok Lama Parameter Keberhasilan
Kediri - Pondok Pesantren Lirboyo salah satu yang tertua di Indonesia, dan hingga saat ini menjadi panutan bagi pesantren baru. Bangunan pondok lama yang ada di dalamnya hingga saat ini masih dipertahankan, dan dipercaya menjadi parameter keberhasilan pembangunan pesantren di sejumlah daerah.
Bangunan pondok lama berada di sebelah utara serambi luar Masjid Lawang Songo dan dijadikan sebagai salah satu asrama santri. Ukurannya 8 x 6 meter didalamnya terdapat 6 kamar yang berposisi saling berhadapan. Meski relatif kecil, 6 kamar tersebut saat ini dihuni sekitar 120 santri dan uniknya masih tetap tampak lapang digunakan.
Khoirul Anam, salah seorang pengurus Pondok Pesantren Lirboyo mengungkapkan, hingga saat ini banyak alumni pesantren yang ingin mendirikan pondok, membawa sedikit bekal berupa tanah di bagian bawah pondok lama.
Proses pengambilan tanah dapat dengan mudah dilakukan, karena meski secara umum bangunannya berupa tembok permanen, bagian lantainya dipertahankan berupa kayu.
"Ini bisa dibuka dan dengan mudah tanahnya bisa diambil. Biasanya memang santri mengambil ini kalau pulang, karena hampir semuanya di sini memiliki obsesi mendirikan pondok sendiri," kata Anam sambil menunjukkan lantai kayu di pondok lama, Jumat (19/11/2010).
Untuk pemanfaatan tanah di dalam pondok lama, Anam mengungkapkan, cukup dicocokkan pada tanah di lokasi pendirian pesantren baru. Tanah yang memiliki tingkat kecocokan paling tepat, disanalah lokasi yang diyakini paling tepat untuk pendirian pesantren baru.
Kepercayaan ini sejauh ini tak hanya dijalani alumni Lirboyo, melainkan juga warga dari luar. "Banyak, dari Malang, Pasuruan bahkan sampai luar Jawa ada. Sampai sekarang juga masih dipercaya," tuturnya.
Pondok lama juga diyakini akan menjadi tampat yang sangat asing, bagi siapa saja yang masuk ke dalamnya, tak terkecuali santri baru. "Biasanya akan bingung begitu masuk. Tapi 2 sampai 3 bulan, kalau sudah terbiasa akan bisa menerima kondisinya," pungkas Anam.
Tetesan Air Wangi Bunga Melati di Terowongan Rahasia
Kediri - Sejak didirikan tahun 1910, Pondok Pesantren Lirboyo terus berkembang yang ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah santri. Kondisi itu tak pelak memaksa pengurus membangun kamar-kamar baru, salah satunya yang terpaksa dilakukan dengan membongkar terowongan misteri di sekitar Masjid Lawang Songo.
Tetesan air beraroma wangi sempat tersisa dari pembongkaran tersebut, yang hingga saat ini terus menjadi misteri tak terpecahkan.
Terowongan misteri di Lirboyo dibongkar pada tahun 2008 silam, saat Badan Pembina Kesejahteraan Ponpes Lirboyo memutuskan untuk memperluas kawasan makam pendiri pondok sebagai tempat wisata religi dan penambahan kamar untuk santri.
Sebelumnya terowongan tersebut adalah sebuah lorong tersebut merupakan jalan menuju salah satu sudut kediaman Pimpinan pondok, KH Idris Marzuki. Dengan panjang 20 meter dan lebar 2,5 meter, lorong tersebut terasa menyeramkan karena sangat gelap. Praktis tidak ada sinar matahari sedikitpun yang masuk ke dalam terowongan itu.
Dari proses pembongkaran itulah misteri muncul. Air hujan yang jatuh tepat di atas terowongan menetes dan menghasilkan aroma wangi, layaknya kembang melati. Meski sudah dimengerti secara akal sehat, kejadian ini disaksikan dan dialami ribuan santri.
"Itu kejadiannya sampai 5 hari, sebelum akhirnya hilang sendiri. Pokoknya, setiap pakaian yang terkena tetesan akan berubah menjadi wangi, dan aromanya bisa bertahan sampai berhari-hari," ungkap Saiful, salah seorang santri yang menjadi saksi kejadian tersebut, Jumat (19/11/2010).
Dari panjang sebelumnya 20 meter dengan lebar 2,5 meter, bangunan terowongan saat ini hanya tersisa sekitar 4 meter. Keberadaannya saat ini menjadi penyangga kamar santri yang dibuat seperti bangunan rumah gadang, yang dibuat berbahan dasar kayu.
Terowongan misteri tersebut sebelumnya adalah sebuah lorong jalan pintas dari kamar-kamar santri ke Masjid Lawang Songo dan kediaman pengasuh. Uniknya, tak hanya dijadikan jalan pintas, di sepanjang kanan kiri lorong tersebut terdapat beberapa kamar.
Karena gelapnya suasana, kamar-kamar tersebut lebih mirip seperti goa dan dihuni sejumlah santri. Satu-satunya alat penerangan di lorong tersebut adalah lampu berukuran kecil yang hanya dinyalakan pada malam hari.
"Kamar-kamar itu konon ceritanya dihuni santri dari golongan halus," kata Saiful tanpa mau menjelaskan golongan halus tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar