Kamis, 04 November 2010

Tragedi Tian An Men, China

Tank-tank dan mayat yang bergelimpangan di Lapangan Tiananmen, 4 Juni 1989

Pembantaian Lapangan Tiananmen 1989 (Protes Lapangan Tiananmen 1989) adalah sebuah rangkaian demonstasi yang dipimpin mahasiswa yang berlangsung di Lapangan Tiananmen di Beijing, Republik Rakyat Cina, antara 15 April dan 4 Juni 1989.

Protes ini ditujukan kepada ketidakstabilan ekonomi dan korupsi politik, kemudian merembet menjadi demonstrasi pro-demokrasi, hal yang tak lazim terjadi di Cina yang otoriter. Lebih dari 3.000 orang meninggal sebagai akibat tindakan dari pasukan bersenjata.

Mahasiswa memulai protes pada pertengahan April 1989, dipicu oleh kematian Hu Yaobang, sekretaris jenderal Partai Komunis Cina yang mengundurkan diri. Hu dipandang sebagai seorang yang berpikiran liberal dan dipaksa mengundurkan diri dari posisinya oleh Deng Xiaopeng, tetua pemimpin revolusi dalam Partai Komunis Cina yang menjadi pemimpin tertinggi Republik Rakyat Cina sejak kurun dasawarsa 70-an sampai dengan awal dasawarsa 90-an, pemimpin generasi kedua setelah Mao Zedong. Banyak orang, terutama kaumintelektual, menganggap hal ini sebagai sebuah perlakuan yang tidak adil.

Mao Zedong, pendiri negara Republik Rakyat Cina.

Deng Xiaopeng

Hu Yaobang 

Protes bermula dalam skala kecil, dalam bentuk peringatan terhadap Hu Yaobang dan meminta partai membaharui pandangan resmi mereka terhadap Hu.

Protes ini berkembang setelah berita tentang konfrontasi antara mahasiswa dan polisi menyebar.
Pada pemakaman Hu, sekelompok besar mahasiswa berkumpul di lapangan Tiananmen dan meminta permohonan di atas, namun gagal, untuk bertemu Perdana Menteri Li Peng, yang dipandang luas sebagai saingan politik Hu.

Oleh karena itu para pelajar mengadakan sebuah mogok di universitas di Beijing. Pada 26 April 1989, seorang editor harian Rakyat menuduh mahasiswa merencanakan kekacauan.

Pernyataan ini membuat kemarahan para mahasiswa, dan pada 27 April sekitar 50.000 mahasiswa turun ke jalan-jalan Beijing, tidak menghiraukan perintah bubar yang diumumkan oleh penguasa dan tetap menuntut pemerintah mencabut pernyataan.

Pada 4 Mei 1989, sekitar 100.000 pelajar dan pekerja berunjuk rasa di Beijing meminta pemerintah untuk reformasi media bebas dan sebuah dialog formal antara penguasa dan wakil pilihan mahasiswa.

Pemerintah menolak dialog tersebut, hanya setuju untuk berbicara dengan anggota dari organisasi pelajar yang ditunjuk pemerintah.

Pada 13 Mei 1989, banyak kelompok mahasiswa menduduki lapangan Tiananmen dan memulai protes puasa, meminta pemerintah menarik tuduhan yang ditulis di Harian Rakyat dan memulai pembicaraan dengan wakil mahasiswa.

Ratusan mahasiswa turut serta dalam protes puasa dan didukung oleh ratusan ribu mahasiswa yang memprotes dan juga penduduk Beijing yang berakhir selama seminggu.

Meskipun pemerintah mengumumkan Undang-Undang Darurat pada 20 Mei 1989, demonstrasi terus berlanjut.

Setelah para pemimpin Komunis berunding keluarlah perintah untuk menggunakan kekuatan militer untuk memecahkan krisis itu, dan Zhao Ziyang ditendang dari kedudukannya sebagai pemimpin politik karena dianggap gagal dalam mencegah aksi mahasiswa.

Lalu Partai Komunis memutuskan untuk menghentikan situasi itu sebelum berkembang lebih jauh.

Tentara dan tank-tank dan dari Brigade 27 dan 28 dari Tentara Pembebasan Rakyat dikirim untuk mengendalikan kota.

Pasukan-pasukan ini diserang oleh para buruh dan mahasiswa Cina di jalan-jalan kota Beijing dan kekerasan yang muncul sesudah itu mengakibatkan kematian di antara penduduk sipil dan militer.
Pemerintah Cina mengakui bahwa beberapa ratus orang mati dalam insiden ini.

Angka-angka perkiraan korban sipil berbeda-beda: 400-800 (CIA), dan 2.600 (Palang Merah Cina).
Para mahasiswa pengunjuk rasa mengklaim bahwa lebih dari 7.000 orang yang terbunuh.

Setelah kekerasan ini, pemerintah melakukan penangkapan di mana-mana untuk menekan sisa-sisa pendukung gerakan itu.

Pemerintah membatasi akses pers asing dan mengendalikan liputan atas kejadian-kejadian di pers daratan Cina. Penindasan terhadap protes Lapangan Tiananmen mengundang kecaman yang luas dari Amerika Serikat dan pemerintah negara-negara Barat lainnya terhadap pemerintahan Republik Rakyat Cina.


Sekitar 7.000 ribuan mahasiswa “Beijing Normal University” berbaris menuju “Lapangan Tiananmen” untuk melakukan unjuk rasa, pada 4 Mei 1989.


Foto yang diambil 21 tahun yang lalu pada 2 Juni 1989, memperlihatkan ratusan ribu orang China berkumpul di sekitar replika (tiruan) “Patung Kemerdekaan” (Statue of Liberty) yang dinamakan “Dewi Demokrasi” (Godddess of Democracy) di Lapangan Tiananmen, Beijing, China, menuntut pemerintahan yang demokrasi dari gaya pemerintahan yang otoriter.

Diperkirakan ribuan pengunjuk rasa terbunuh oleh tentara Cina pada tanggal 3 Juni dan 4 Juni 1989, setelah penguasa Cina memerintahkan tentara untuk membubarkan unjuk rasa tersebut.


Ratusan ribu rakyat Cina memenuhi Lapangan Tiananmen, Beijing, di depan Monumen Pahlawan dan makam (mausoleum) Mao Zedong.


Foto ini diambil pada 1 Mei 1989, menunjukkan seorang pemrotes, pemimpin demonstrasi pro-demokrasi, anggota delegasi mahasiswa Beida, Wang Dan (tengah), sedang membuat pernyataan di depan para wartawan asing.


Foto ini diambil pada 3 Juni 1989, menunjukkan seorang mahasiswa pemrotes sedang menyerukan kepada para tentara agar pulang kembali.


Foto tanggal 3 Juni 1898, menunjukkan seorang mahasiswa pemrotes sedang berteriak ke para tentara, agar mereka segera pulang.


Seseorang tampak pada foto sedang menghadang rombongan tank yang dikerahkan oleh penguasa Cina untuk menumpas gerakan pro demokrasi. Rombongan tank ini sedang berada di jalan Changan, sebelah timur Lapangan Tiananmen, 5 Juni 1989.


Foto yang diambil pada 4 Juni memperlihatkan sebuah kendaraan lapis baja pengangkut pasukan sedang dilalap api akibat dibakar oleh para pemrotes di dekat Lapangan Tiananmen, Beijing.


Tampak pada foto seorang sopir tank yang tertangkap sedang diselamatkan oleh mahasiswa dari amukan massa pada 4 Juni, 1989, di Beijing.


Foto tahun 1989 ini memperlihatkan seorang wanita terluka akibat bentrokkan antara tentara dan mahasiswa dekat Lapangan Tiananmen, sedang dibawa dengan gerobak sepeda.


Dua laki-laki korban tembakan tentara sedang dibawa ke rumah sakit terdekat dengan gerobak sepeda , 4 Juni 1989.


Penduduk Beijing sedang menunjukkan peluru-peluru yang ditembakkan oleh para tentara, kepada para wartawan.


Jenasah para korban kebrutalan antara tentara dan para demonstran selama 2 hari di Lapangan Tiananmen, dibaringkan sementara di rumah sakit “Pos dan Telekomunikasi” di Beijing, 5 Juni 1989.


Foto yang diambil pada 4 Juni 1989, memperlihatkan penduduk Beijing sedang memperhatikan bagian dalam kendaraan lapis baja pengangkut pasukan yang telah dibakar oleh para pengunjuk rasa dalam usaha mereka mencegah pasukan tentara bergerak masuk ke Lapangan Tiananmen.


Foto tanggal 4 Juni 1989 ini, memperlihatkan penduduk Beijing sedang meninjau beberapa diantara lebih dari 20 kendaran lapis baja pengangkut pasukan dan kendaraan lainnya yang telah dibakar oleh para demonstran.


Foto yang diambil pada 6 Juni 1989, menunjukkan tank-tank dan Tentara Pembebasan Rakyat telah menguasai dan menjaga area jalan Chang’an dan Lapangan Tiananmen, 2 hari setelah lebih dari 200 tank menyerbu para demonstran yang pro demokrasi. 

Tidak ada komentar:

Berita Terhangat | Promosikan Halaman Anda Juga
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...