Danau Toba, siapa yang tidak mengenal danau luas yang ada di dataran tinggi Karo di Provinsi Sumatera Utara? Setiap orang yang telah datang ke dataran tinggi Karo tidak lengkap rasanya apabila tidak mengunjungi Danau Toba. Danau yang luas tersebut membentang dari Balige di selatan sampai Tongging di utara sepanjang 100 km, dengan lebar 30 km. Dengan pemandangannya yang indah, Danau Toba telah sejak lama menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Di tengah danau ini ada pulau yang namanya Pulau Samosir. Konon menurut legenda beberapa marga Batak yang berasal dari Pulau Samosir, seperti marga Sidabutar, Pulau Samosir adalah pulau dimana semua keturunan Batak berasal, entah sampai dimana kebenaran dari legenda tadi. Yang jelas, marga Sidabutar berasal dari Pulau Samosir ini.
Menurut catatan geologis dari Wikipedia, Danau Toba sebenarnya adalah kaldera raksasa hasil letusan gunung api purba yang meletus lebih dari 75.000 tahun yang lalu, yang kemudian membentuk danau, sedangkan puncak gunung api tersebut sudah punah karena letusan besar yang terjadi pada masa lalu. Kaldera itu kemudian terisi air dan menjadi danau seperti kita lihat sekarang ini.
Dengan topografi yang curam pada hampir semua sisi sekitar danau, maka dengan sendirinya semua aliran dari daerah tangkapan air sekeliling danau masuk ke dalam danau, sehingga Danau Toba amat rentan terhadap pencemaran limbah rumah tangga, maupun limbah dari kegiatan pertanian dan peternakan dari permukiman di sekelilingnya. Untuk mengurangi beban limbah rumah tangga yang mengalir ke danau, maka diperlukan pengolahan limbah pada kota-kota sekitar Danau Toba. Di Parapat sendiri sudah ada pengolahan limbah yang dibangun pemerintah pusat, tapi sayang belum secara optimal dimanfaatkan.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi beban limbah tersebut, antara lain dengan membangun instalasi pengolahan limbah di setiap kota dan permukiman sekeliling Danau Toba. Upaya yang tidak mudah dan tidak murah. Namu, dengan dukungan semua fihak, berbagai kendala tersebut mestinya bisa diatasi, agar kelestarian dan keindahan Danau Toba tetap terjaga dengan baik.
Tidak hanya limbah permukiman, limbah pertanian serta peternakan babi juga perlu diperhatikan agar tidak mencemari Danau Toba. Dalam kaitan ini, upaya dari Yayasan Perkumpulan Pencinta Danau Toba yang diketuai Prof. Midian Sirait itu sudah banyak melakukan upaya penyelamatan, antara lain dengan menghimbau pemerintah provinsi Sumater Utara untuk melakukan tindakan tegas terhadap masyarakat dan perusahaan-perusahaan bermodal besar yang menanamkan modalnya dalam bisnis peternakan di sekitar Danau Toba.
Mengingat bahwa Danau Toba dikeliling oleh tujuh Kabupaten, para bupati diharapkan tunduk kepada Peraturan Daerah yang menyangkut ekosistem danau Toba. Jika ego para bupati hanya sekedar untuk mendapatkan keuntungan ekonomi sesaat, maka Danau Toba akan tinggal kenangan.
Mana yang akan anda pilih, keuntungan ekonomi sesaat atau masa depan Danau Toba?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar