Menjadi orangtua bukan perkara mudah. "Jabatan" menjadi orangtua adalah hal terbaik sekaligus paling menantang dalam hidup seseorang. Meski sudah berusaha memberikan yang terbaik, setiap orangtua harus paham, perkataan dan tindakan yang dilakukan orangtua akan berdampak pada anak, baik positif maupun negatif.
Berikut ini adalah lima tipe perkataan yang kerap diucapkan orangtua yang sebaiknya dihindari.
1. "Karena Ibu/Ayah bilang begitu"
Mayoritas orangtua pernah mengatakan kalimat ini. Umumnya, kalimat ini diucapkan ketika anak atau remaja meminta sesuatu yang tidak direstui orangtua.
2. "Lakukan apa yang Ibu/Ayah bilang, enggak usah ikuti apa yang Ibu/Ayah lakukan"
Ini juga kalimat populer yang kerap diucapkan orangtua pada anak-anaknya. Masalahnya, kalimat ini kental dengan kemunafikan.
3. "Selalu ikuti aturan"
Meski frasa ini tidak selalu merusak psikologi anak, namun berpotensi mengungkung kreativitasnya serta daya kemampuan memecahkan masalah.
Berikut ini adalah lima tipe perkataan yang kerap diucapkan orangtua yang sebaiknya dihindari.
1. "Karena Ibu/Ayah bilang begitu"
Mayoritas orangtua pernah mengatakan kalimat ini. Umumnya, kalimat ini diucapkan ketika anak atau remaja meminta sesuatu yang tidak direstui orangtua.
Sebaiknya kalimat ini dihindari karena merupakan kalimat tanpa alasan yang jelas yang sering diteriakkan orangtua pada anak karena furstasi.
Kalimat mendominasi ini makin membuat anak merasa lemah dan membuatnya merasa opininya tak berpengaruh.
2. "Lakukan apa yang Ibu/Ayah bilang, enggak usah ikuti apa yang Ibu/Ayah lakukan"
Ini juga kalimat populer yang kerap diucapkan orangtua pada anak-anaknya. Masalahnya, kalimat ini kental dengan kemunafikan.
Ada beberapa kegiatan yang boleh dilakukan orang dewasa yang dilakukan orangtua namun tidak boleh untuk anak-anak (Contohnya: merokok, minum alkohol, menonton tayangan pornografi, dan sebagainya), namun kalimat ini sering diucapkan untuk hal-hal lain di luar konteks itu. Kemunafikan bisa menghilangkan rasa percaya.
Padahal, rasa percaya adalah hal yang penting bagi anak untuk bisa tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri. Bila Anda harus melakukan kegiatan tertentu yang Anda larang untuk dilakukan anak, jangan lakukan di depannya.
3. "Selalu ikuti aturan"
Meski frasa ini tidak selalu merusak psikologi anak, namun berpotensi mengungkung kreativitasnya serta daya kemampuan memecahkan masalah.
Aktivitas-aktivitas kecil, seperti memilih warna yang tidak sesuai contoh warna di buku mewarnai, bisa membantu anak mencoba berkreasi sebebas-bebasnya. Hal-hal semacam ini akan membuatnya "think outside box".
4. "Kamu enggak pernah mau dengar. Kayak ngomong sama tembok"
Ucapan semacam ini bisa mengakibatkan rasa sakit emosional pada anak-anak. Sebab, ketika dikatakakn seperti ini, anka bisa berpikir ia sangat bodoh dan tidak bisa mengerti apa pun.
4. "Kamu enggak pernah mau dengar. Kayak ngomong sama tembok"
Ucapan semacam ini bisa mengakibatkan rasa sakit emosional pada anak-anak. Sebab, ketika dikatakakn seperti ini, anka bisa berpikir ia sangat bodoh dan tidak bisa mengerti apa pun.
Lebih parahnya, si anak akan mengira orangtuanya berpendapat anaknya itu bodoh. Anak-anak yang sensitif dan peka cenderung merasa tersakiti dengan kalimat-kalimat semacam ini.
5. "Sudah, berhenti menangis. Kenapa pakai menangis segala, sih?" atau "Kalau enggak berenti menangis, Ibu/Ayah akan ... (ancaman)"
Orangtua perlu menyadari, bila seorang anak menangis (bukan tangis merajuk atau palsu), ada alasan di baliknya. Lebih lagi, menangis adalah ekspresi yang wajar dan kadang diperlukan.
5. "Sudah, berhenti menangis. Kenapa pakai menangis segala, sih?" atau "Kalau enggak berenti menangis, Ibu/Ayah akan ... (ancaman)"
Orangtua perlu menyadari, bila seorang anak menangis (bukan tangis merajuk atau palsu), ada alasan di baliknya. Lebih lagi, menangis adalah ekspresi yang wajar dan kadang diperlukan.
Kalimat-kalimat yang menyepelekan anak karena menangis akan membuatnya merasa apa pun perasaan yang membuatnya sedih itu tidak valid dan perasaannya itu tidak penting bagi orang lain.
Kalimat yang bernada ancaman juga tidak dianjurkan untuk diutarakan pada anak, meski ia sedang menangis merajuk menyebalkan. Disarankan untuk orangtua tetap tenang dan bertindak selayaknya orang dewasa, hindari penggunaan ancaman.
Tak ada orangtua yang sempurna, namun setiap orangtua wajib terus belajar untuk menjadi orang yang lebih baik bagi anak, diri, pasangan, dan keluarganya. Harapannya, si anak juga bisa belajar dari orangtuanya kelak ia menjadi orangtua pula.
Kalimat yang bernada ancaman juga tidak dianjurkan untuk diutarakan pada anak, meski ia sedang menangis merajuk menyebalkan. Disarankan untuk orangtua tetap tenang dan bertindak selayaknya orang dewasa, hindari penggunaan ancaman.
Tak ada orangtua yang sempurna, namun setiap orangtua wajib terus belajar untuk menjadi orang yang lebih baik bagi anak, diri, pasangan, dan keluarganya. Harapannya, si anak juga bisa belajar dari orangtuanya kelak ia menjadi orangtua pula.