Negara-negara ASEAN lebih banyak menggunakan BBM dengan kandungan oktan lebih tinggi
Premium memiliki kandungan oktan rendah, RON88
Di antara negara-negara Asia Tenggara, Indonesia merupakan salah satu negara yang masih menggunakan bahan bakar minyak dari jenis Premium, yang dianggap memiliki kandungan oktan rendah, yaitu RON88.
Seperti dikutip dari laman sosialisasi-bbm.wapesri.go.id, Malaysia telah banyak menggunakan BBM dengan kandungan oktan RON95. Kandungan yang lebih rendah dipakai oleh Singapura dan Thailand, yang memilih menggunakan BBM dengan RON masing-masing 92 dan 91.
"Mengapa kita masih pakai Premium, karena kita sudah lama memproduksi Premium," kata Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto, dalam perbincangan denganVIVAnews.com.
Menurut Pri Agung, sebagian besar desain konfigurasi kilang di Indonesia diarahkan untuk memproduksi Premium. Dalam pengamatan Pri Agung, Indonesia selama ini memiliki kilang BBM jenis Pertamax hanya dengan kapasitas sebanyak 1 juta kiloliter (KL) per tahun. Volume Pertamax diperkirakan baru dapat bertambah menjadi 5-6 juta KL pada tahun 2017.
"Pertamina tidak siap untuk Pertamax. Itu yang membuat pembatasan BBM sulit terealisasi," katanya.
Terkait harga BBM di Indonesia yang dinyatakan pemerintah masih jauh lebih murah dibandingkan negara lain di ASEAN, Pri Agung menjelaskan perbandingan memang tak bisa dibuat secara mudah.
Masing-masing negara dianggap memiliki komponen perhitungan yang berbeda. Sebagai contoh, Indonesia mengenakan komponen pajak pada produk BBM sebesar 15 persen. Sementara di Eropa, pemerintah negara tersebut menetapkan komponen pajak sebesar 30-50 persen.
"Sulit untuk membandingkan secara pas harga BBM dari setiap negara," kata dia.
Seperti dikutip dari laman sosialisasi-bbm.wapesri.go.id, Malaysia telah banyak menggunakan BBM dengan kandungan oktan RON95. Kandungan yang lebih rendah dipakai oleh Singapura dan Thailand, yang memilih menggunakan BBM dengan RON masing-masing 92 dan 91.
"Mengapa kita masih pakai Premium, karena kita sudah lama memproduksi Premium," kata Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto, dalam perbincangan denganVIVAnews.com.
Menurut Pri Agung, sebagian besar desain konfigurasi kilang di Indonesia diarahkan untuk memproduksi Premium. Dalam pengamatan Pri Agung, Indonesia selama ini memiliki kilang BBM jenis Pertamax hanya dengan kapasitas sebanyak 1 juta kiloliter (KL) per tahun. Volume Pertamax diperkirakan baru dapat bertambah menjadi 5-6 juta KL pada tahun 2017.
"Pertamina tidak siap untuk Pertamax. Itu yang membuat pembatasan BBM sulit terealisasi," katanya.
Terkait harga BBM di Indonesia yang dinyatakan pemerintah masih jauh lebih murah dibandingkan negara lain di ASEAN, Pri Agung menjelaskan perbandingan memang tak bisa dibuat secara mudah.
Masing-masing negara dianggap memiliki komponen perhitungan yang berbeda. Sebagai contoh, Indonesia mengenakan komponen pajak pada produk BBM sebesar 15 persen. Sementara di Eropa, pemerintah negara tersebut menetapkan komponen pajak sebesar 30-50 persen.
"Sulit untuk membandingkan secara pas harga BBM dari setiap negara," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda Tentang Artikel diatas?
Silakan komentarnya, Terima Kasih