Kamis, 04 Maret 2010

Sapta Pesona Wisata China



Selamat Datang Para Pembaca Yang Budiman
Menurut pengamatan saya, ada 3 cara ampuh untuk menjadi penulis yaitu:
1. Menulis
2. Menulislah
3. Menulislah !
Saya tidak ingat persis siapa yang pertama kali mengatakan 3 cara ampuh untuk menjadi penulis seperti di atas.

Namun, saya yakin bahwa 3 cara tersebut memang benar-benar ampuh untuk melahirkan penulis, menjadi penulis yang diartikan sebagai “orang yang menulis”.

Menurut Scoot Edelstein, penulis buku “30 Steps to Becoming a writer and getting published” juga dalam bukunya “100 Things Every Writer Needs to Know “ beliau mengatakan bahwa “Anyone who writes is a Writer !” (Siapa pun yang menulis dapat disebut penulis).

Bahkan, dengan tegas beliau juga menyebutkan bahwa jika ada yang mengatakan bahwa:
“You only become a real writer after you’ve published three books”
atau
“After you’ve written your first million words, then you can call yourself a writer”
bahkan,
“Oh, so you have a day job and write at night ? you’re really a hobbyist not a writer” ,
mereka itu adalah komentator ulung yang hanya bisa mengomentari !.
Beliau mengatakan bahwa:
“These sorts of pronouncements and judgments are all nonsense-and arrogant nonsense, at that !”

Tapi singkat cerita, pernyataan-pernyataan tersebut, ternyata berdampak melahirkan beberapa pertanyaan dalam benak saya:
  • Apa yang harus saya tulis?
  • Bagaimana cara menuliskannya?
Nah, Kalau sudah lahir pertanyaan seperti diatas, maka obat mujarab yang paling sering saya lakukan adalah “Mencoba menulis apa saja dan bagaimana pun caranya !”.
Nggak peduli saya mau menulis tentang apa / topik apa dan caranya.
Pokoknya nulis aja....
Saya juga pernah mendengarkan kata-kaya bijak berbunyi:
“Tulislah apa yang sedang kamu pikirkan, jangan pikirkan apa yang sedang kamu tulis !”

Terus terang dari pengalaman saya, kata-kata bijak tersebut terbukti benar.
Tanpa saya sadari, saya dapat menulis lebih lancar dari biasanya.
Jika sebelum mendengarkan kata-kata itu, saya hanya mampu menulis selembar dua lembar bahkan hanya sebaris hingga dua baris saja.

Tapi setelah mendengar kata itu saya mampu menulis lebih banyak dari biasanya. Saya semakin bergairah dan termotivasi untuk terus menulis dan menulis.
Tetapi, seiring dengan waktu, sepertinya ada saja yang menghambat dalam diri saya. Tak jelas apa hambatan itu. Yang jelas, saya mulai bertanya-tanya kembali:
  • Apakah tulisan saya sudah benar-benar berkualitas?
  • Adakah orang yang ingin membaca tulisan saya?
  • Jika ada yang memuji tulisan saya, apakah karena benar-benar bagus atau hanya sekedar membangkitkan gairah saya saja agar terus menulis?
Akhirnya saya mencoba mencari tahu bagaimana sebaiknya saya lakukan utk menjawab tantangan itu dengan browsing beberapa artikel dan saya akhrnya saya dpt menemukan beberapa artikel di web tentang :
“Cara Taktis Menulis Buku”

Dari uraian artikel-artikel tersebu, saya dapat menyimpulkan beberapa hal berikut ini.
Rahasia Taktis menulis, ternyata bukan hanya Motivasi saja !

Yang harus kita lakukan selain MOTIVASI adalah melakukan Tahap demi Tahap dalam menulis, sehingga kita bisa menjadi seorang penulis, bukan cuma menulis-menulislah-menulislah...( Praduga salah yang sangat memalukan ).
Tahapan Proses standar menulis dapat dikatagorikan menjadi 5 tahap, yaitu :
  • 1. Prewriting: Think and Plan
  • 2. Drafting: Write and Draw
  • 3. Revising: Making your writing better
  • 4. Editing: Fix your mistakes
  • 5. Publishing: Share your writing !
Jujur, saya sempat terkesimah setelah membaca tahapan proses standar menulis ini.
Ternyata, tiga cara ampuh yang pernah saya terapkan itu ternyata belum mampu mengakomodir 5 proses di atas.
Tiga cara ampuh untuk menjadi penulis itu belum dapat menjawab:
- untuk apa kita menulis,
-untuk siapa kita menulis,
-bagaimana kelak tulisan tersebut jika telah jadi
- dan pertanyaan prewriting.
Tiga tahapan yang sudah saya lalukan yaitu : Menulis-Menulislah-Menulislah ! belum memasuki tahap “making your writing better” melalui “proses revising”.
Begitu juga dengan proses “Editing”, apalagi “Publishing”.

Ternyata, dalam 5 proses tahapan tersebut akhirnya melahirkan proses-proses lainnya yang terdapat dalam setiap proses.
-Prewriting terdapat proses mengikat ide, mempertanyakan diri sendiri, hingga pemanfaatan dunia maya untuk memantapkan tahap perencanaan menulis tersebut.
Diakui atau tidak, lancar atau tidaknya seorang menulis sangat terkait erat dengan penguasaannya pada apa yang akan dia tulis.
-Selanjutnya, proses Drafting, Revising, Editing dan Publishing.
- Proses Drafting harus diawali dengan mempertanyakan pada diri sendiri tentang apa yang sudah dihasilkan dalam proses Prewriting untuk kemudian memulai draft, dengan fakta menarik tentang subjek yang akan dibahas.
Memperkenalkan salah satu poin dari poin utama, bertanya tentang sesuatu, mengutip perkataan seorang tokoh atau dengan cerita singkat.
Apa yang telah dimulai tersebut selanjutnya dijelaskan dengan informasi-informasi yang mendukung, didefinisikan dengan ungkapan yang lebih akrab, dipertahankan dengan fakta-fakta yang terjadi, digambarkan dengan spesifik hingga dibandingkan dan dikontraskan dengan contoh-contoh yang memiliki persamaan atau perbedaan.

Akhirnya, proses drafting itu pun ditutup dengan mengingatkan kembali para pembaca akan ide pokok tulisan, ringkasan akan poin-poin penting, penjagaan titik fokus pembaca dan seterusnya.

Lalu, jika proses drafting tersebut telah selesai, maka seorang penulis akan melanjutkan ke proses Revising, Editing dan Publishing.
-Melakukan proses Merevisi gunanya agar tulisan tampak lebih baik dan Mengedit agar tulisan terlepas dari beberapa kesalahan dan kekurangan yang mungkin muncul.
Setelah itu semua, berpikirlah untuk menerbitkan dan mempublikasikan apa yang telah anda ditulis.
Ada beberapa kelakar yang mengelitik sekaligus memotivasi penulis pemula seperti saya tentang hal ini,
  • “Jangan berpikir hanya akan menyimpan tulisan Anda di bawah kasur !”
  • “Apakah tulisan saya sudah benar-benar berkualitas ?”
  • “Adakah orang yang ingin membaca tulisan saya ?”
  • “Jika ada yang memuji tulisan saya, apakah karena benar-benar bagus atau hanya sekedar membangkitkan gairah saya saja agar terus menulis ?”
Nah kenapa kita mesti pusing….jangan pikirkan hal itu, yuk kita menulis !!!.

Tulisan Pertama saya, memberikan sedikit informasi tentang Dunia Pariwisata di Negeri TIRAI BAMBU,
yang telah saya gambungkan dari berbagai sumber serta mendengarkan cerita dari teman-teman yang
telah pernah mengunjungi lokasi tersebut. THANK YOU my Bestfreind's.. 
I LOVE U

Kalau Indonesia telah memiliki Sapta Pesona sebagai salah satu motto di sektor pariwista, China juga mengandalkan tujuh daya tarik wisata, yakni kebersihan, keindahan, ketertiban, keramah-tamahan, kenangan, keamanan dan kedamaian -- untuk menggaet wisatawan ke negeri Tirai Bambu tersebut.
Sapta pesona di China dapat dirasakan di berbagai tempat, terutama di daerah-daerah wisata serta tempat-tempat pendukungnya, seperti hotel, restauran dan pusat-pusat perbelanjaan.

Dalam upaya melestarikan nilai-nilai sejarah dan budaya yang telah ada sejak ribuan tahun lalu, Pemerintah China memanfaatkan sektor pariwisata dengan mempromosikan tempat-tempat wisata sejarah dan budaya yang didukung dengan unsur-unsur sapta pesona wisata (tujuh unsur daya tarik wisata).
Tempat-tempat wisata sejarah dan budaya di China yang telah berusia ribuan tahun itut antara lain:
  • Tembok Raksasa China (the Great Wall)
 
  • Kuil Shaolin
 
  • Longmen Grottoes Scenic Zone (bukit wisata tempat patung-patung Buddha diukir dalam berbagai ukuran).
 
Pengunjung baik lokal maupun manca negara begitu terkesan pada Tembok China Raksasa bukan saja karena kemegahan dan kekokohannya tapi juga karena unsur-unsur sapta pesona yang diterapkan dalam melestarikan warisan budaya yang panjangnya sekitar 5,000 kilometer itu.Bangunan batu dan kubu pertahanan itu direnovasi dan dirawat antara abad ke 6 sebelum Masehi dan abad ke 16 untuk melindungi daerah perbatasan di sebelah utara Kerajaan China dari serangan musuh Xiongnu selama pemerintahan beberapa dinasti.

Beberapa tembok dari bangunan tersebut yang dikenal sebagai Tembok Raksasa China (the Great Wall of China) dibangun pada abad ke 5 sebelum Masehi. Meski puncak Tembok Raksasa tersebut mencapai ribuan meter di atas permukaan laut, banyak pengunjung baik tua maupun muda dan pria maupun wanita yang ingin mencapai posisi tertinggi bangunan yang di buat pada masa Dinasti Ming tersebut.

Wisatawan asal Maladewa, Naushad Ahmed, mengatakan bahwa dia telah bercita-cita ingin mencapai puncak Tembok Raksasa saat dia berkunjung ke salah satu keajaiban dunia tersebut."Sejak dari rumah, saya telah memiliki rencana dan keinginan untuk dapat mencapai puncak Tembok Raksasa. Walaupun ini berat karena tempatnya yang begitu tinggi dan saya sedang berpuasa," kata Ahmed, seorang muslim yang kebetulan sedang berpuasa di bulan Ramadhan saat mendaki ke puncak Tembok Raksasa.

Ahmed dan beberapa wisatawan asing lain termasuk Etienne Toyo Demanou dari Kamerun sebenarnya hampir putus asa untuk mencapai puncak karena kelelahan setelah mereka mendaki melalui ribuan anak tangga batu, namun semangat mereka masih mendorong kekuatan mereka untuk terus mencapai puncak."Akhirnya kami sampai juga ke puncak walau seperti mau putus nafas ini. Sungguh luar biasa dan indah sekali pemandangan dari puncak tembok ini. Ini benar-benar kenangan yang tak terlupakan sepanjang perjalanan wisata kami," kata Toyo.
Bersih dan Indah
Untuk mencapai daerah-daerah wisata dari hotel tempat menginap wisatawan, Pemerintah China juga menjaga kebersihan mulai dari jalan-jalan di perkotaan dan di pedasaan yang di sisi kiri dan kanannya selalu terdapat pemandangan alam yang indah sampai ke tempat-tempat wisata yang ditata secara apik dan rapih."Jalan-jalan menuju tempat-tempat wisata terasa indah karena bersih seperti jalan baru. Pemandangan di daerah pegunungan yand di dominasi oleh perkebunan jagung sepanjangan jalan juga menyejukan dan mendamaikan," kata seorang wisatawan asal Nepal, Maha Prasad Lami Chhane.

Maha Prasad juga kagum dengan Pemerintah China yang mampu melestarikan dan merawat peninggalan budaya menjadi objek wisata sejarah seperti sebuah bukit di mana ribuan patung Buddha diukir dalam lubang-lubang baik kecil maupun besar.Wisatawan juga tampak puas dengan keramahan insan-insan pariwisatanya yang memberi penjelasan tentang objek-objek wisata dengan senyum dan kesabaran menjawab pertanyaan-pertanyaan pelancong.

Patung Buddha terbesar di Grottoes Scenic Zone ini tingginya 17,4 meter. Patung ini dibangun selama 24 tahun pada masa Dinasti Tang pada abad ke 6,? kata Ming seorang pemandu wisata di Longmen Grottoes Scenic Zone di Provisi Henan, China. Ribuan patung Buddha dengan berbagai ukuran tersebut diukir pada sebuah bukit yang panjangnya sekitar satu kilometer dan terletak di tepi sungai Yishui yang mengalir dengan tenang bersih, sejuk dan indah.

Keramah-tamahan insan pariwisatanya juga dapat dirasakan di tempat-tempat wisata lain seperti di arena pertunjukkan Kung Fu yang merupakan bagian dari kompleks Shaolin Temple (Kuil Shaolin).Seorang pemandu wisata di tempat itu memanggil beberapa wisatawan yang sedang menonton pertunjukan untuk naik ke pentas dan meminta beberapa pesilat untuk mengajari beberapa jurus dasar Kung Fu.

Pesilat tersebut mengajarkan jurus-jurus dasar Kung Fu kepada beberapa wisatawan manca negara, antara lain Adama Edouard Ndiaye asal Senegal yang belum pernah belajar Kung Fu sebelumnya."Saya terkesan sekali dengan keramah-tamahan dan kesabaran mereka mengajari kami Kung Fu. Pengalaman ini akan saya ceritakan kepada saudara dan teman-teman saya di rumah," kata Edward.

Para wisatawan kemudian mendapat suvenir berupa video kaset yang berisi rekaman latihan Kung Fu mereka dan kaset itu diharapkan akan menjadi kenangan saat mereka berkunjung ke Kuil Shaolin khususnya di arena pertunjukan Kung Fu.

Kuil Shaolin merupakan wihara Buddha di kota Zhengzhou, Provinsi Henan, China, yang dibangun oleh Kaisar Hsiao-Wen apad 477 sesudah Masehi. Kuil Shaolin terkenal dengan seni bela diri China, khususnya Kung Fu Shaolin.

Bangunan Kuil Shaolin tampak terawat dengan baik dengan benda-benda peninggalan bersejarah seperti panci besar tempat mengolah tumbuh-tumbuhan menjadi obat-obatan tradisional, serta sumur tua yang berdiameter sekitar setengah meter dan telah berusia ribuan tahun namun airnya tak pernah habis. Di sebelah timur kompleks Kuil Shaolin juga terdapat Hutan Pagoda (Pagoda Forest) yang terdiri atas ratusan pagoda dengan berbagai ukuran di mana para wistawan dapat menikmati dan memperolah informasi tentang sejarah pagoda di China.

Selain menikmati keindahan tempat-tempat wisata yang bersih dengan keramah-tamahan para insan pariwisatanya, para pelancong juga merasa aman sejak keberangkatan mereka dari kota tempat tinggal mereka menginap hingga di dareah-daerah tujuan wisata yang damai.Polisi terlihat hampir di setiap sudut jalan yang membuat orang menjadi lebih tenang dan merasa aman di daerah perkotaan seperti di Beijing yang walaupun lalu lintasnya padat namun diatur sedemikian tertib.

Sarana transportasi menuju berbagai tempat sangat mudah di dapat dan tertib sehingga memberi kenyamanan bagi para wisatawan yang hendak bepergian ke suatu tempat dengan menggunakan bus, kereta bawah tanah atau taksi. Kebersihan baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan serta tempat-tempat wisata di China menciptakan kenyamanan bagi wisatawan terutama pelancong manca negara yang juga terkesan akan keramah-tamahan para insan pariwistanya dan keindahan tempat-tempat wisatanya.
Kuliner
Parawisatawan pun dimanjakan dengan berbagai makanan khas China. Salah satu restoran di kota Zhengzhou bahkan menyajikan dan memperkenalkan 24 jenis makan berkuah (water banquet) yang diberikan kepada wisatawan dalam dalam satu sajian. "Luar biasa, bagaimana saya bisa menghabiskan ini semua. Ada sup ayam, sup ikan, sup jamur dan macam-macam sayuran serba hangat," kata Manur dari Bangladesh yang baru belajar makan dengan menggunakan supit.

Restoran di dekat Kuil Shaolin juga menyajikan makanan yang biasa disantap oleh para biksu, yaitu makanan yang seluruhnya terdiri atas sayur mayur."Pantas saja para biksu dan anggota kuil di sini memiliki tubuh ramping-ramping karena mereka menyantap makanan berupa sayur-sayuran yang segar dan menyehatkan," kata Eza dari Timor Leste.

Unsur-unsur satpa pesona itu telah membuat wisatawan manca negara terkesan dan terkenang serta merasa nyaman dan aman saat berkunjung ke negeri tirai bambu tersebut. China kini sedang giat membangun di berbagai sektor yang ditandai dengan pembangunan infrastruktur termasuk sarana jalan dan berbagai fasilitas umum dengan mendirikan gedung-gedung apartemen baru.

China juga terus mengembangkan bidang teknologinya seperti yang ditunjukan dengan peluncuran satelit barunya, Shenzhou-7 yang diawaki oleh tiga angkasawan (astronot) pada akhir bulan lalu.Meski gencar membangun di berbagai bidang, China tetap menjaga, melestarikan dan mengembangkan warisan budaya yang telah ada sejak ribuan tahun silam, seperti Tembok Raksasa China, Kuil Shaolin, Longmen Grottoes (patung-patung Buddha yang terukir dalam lubang di sebuah bukit) dan kesenian-kesenian tradisionalnya

Tidak ada komentar:

Berita Terhangat | Promosikan Halaman Anda Juga
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...