Desember adalah bulan belanja. Ah, masa iya?
Belanja bisa kapan saja, tidak bergantung pada hari, bulan, atau musim tertentu. Juga bisa di mana saja karena pusat perbelanjaan sering buka hingga larut malam dan tempat-tempat tertentu beroperasi 24 jam. Waktu belanja hanya ditentukan oleh kondisi keuangan.
Desember memang istimewa. Terdapat perayaan keagamaan umat Kristiani dan pisah sambut Tahun Baru yang dirayakan seluruh umat manusia. Momen-momen ini menyatukan setiap individu dalam kegiatan yang sama, yaitu belanja.
Namun, coba perhatikan laporan bulanan Bank Indonesia (BI). Peredaran uang kartal (uang kertas dan uang logam) sepanjang tahun memuncak pada bulan Desember, bukan pada awal tahun atau saat bulan puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Kebiasaan berbelanja pada bulan Desember, terutama menjelang perayaan Natal, terekam dalam survei yang dilakukan Litbang Kompas pekan ini. Tiga dari sepuluh responden mengaku konsumsi mereka meningkat dibandingkan hari-hari biasa. Ini terutama konsumsi makanan pokok dan untuk jamuan serta pakaian, tas, atau alas kaki.
Pemenuhan konsumsi itu tidak hanya terjadi di pusat-pusat perbelanjaan modern, tetapi juga di pasar-pasar tradisional. Sebanyak dua pertiga responden menyatakan tetap berbelanja di pasar tradisional, sedangkan 30 persen berbelanja menjelang Natal di pusat-pusat perbelanjaan modern.
Alasannya, lebih nyaman, kualitas baik, dan pilihan lebih banyak. Barang-barang bermerek menjadi incaran, yang tak jarang merupakan barang impor.
Desember memang istimewa. Pada bulan itu terdapat perayaan keagamaan umat Kristiani dan pisah sambut Tahun Baru yang dirayakan seluruh umat manusia. Momen-momen ini menyatukan setiap individu dalam kegiatan yang sama, yaitu belanja.Perilaku belanja ini ditangkap dan diolah pasar untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Konsumsi akan meningkat sehingga uang yang beredar pun sangat banyak.
Kebiasaan berbelanja pada bulan Desember, terutama menjelang perayaan Natal, terekam dalam survei yang dilakukan Litbang Kompas pekan ini. Tiga dari sepuluh responden mengaku konsumsi mereka meningkat dibandingkan hari-hari biasa. Ini terutama konsumsi makanan pokok dan untuk jamuan serta pakaian, tas, atau alas kaki.
Pemenuhan konsumsi itu tidak hanya terjadi di pusat-pusat perbelanjaan modern, tetapi juga di pasar-pasar tradisional. Sebanyak dua pertiga responden menyatakan tetap berbelanja di pasar tradisional, sedangkan 30 persen berbelanja menjelang Natal di pusat-pusat perbelanjaan modern.
Alasannya, lebih nyaman, kualitas baik, dan pilihan lebih banyak. Barang-barang bermerek menjadi incaran, yang tak jarang merupakan barang impor.
InflasiTambahan pengeluaran
- Tawaran diskon yang menjamur di pusat-pusat perbelanjaan turut memuaskan nafsu belanja konsumen. Hampir separuh (42,5 persen) responden dari 12 kota besar di Indonesia yang merupakan kelas menengah perkotaan mengaku akan berbelanja barang diskon menjelang Natal.
- Kecenderungan konsumsi masyarakat menjelang hari raya agama yang selalu meningkat ini juga bisa dijelaskan melalui angka inflasi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, inflasi bulan Desember selalu meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Ini kecuali tahun 2005 dan 2008, saat terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak.
- Kenaikan inflasi pada bulan Desember, menurut BPS, akibat kenaikan harga terutama pada kelompok bahan makanan, sandang, serta makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau.
Peningkatan konsumsi juga bisa diukur dari indikator uang kartal yang beredar selama bulan Desember, seperti dicatat BI. Jumlahnya meningkat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Tahun 2010, uang kartal yang beredar bertambah Rp 21,7 triliun dibandingkan 2009, menjadi Rp 260,2 triliun. Kenaikan jumlah ini mencapai 9 persen, lebih tinggi dibandingkan rata-rata kenaikan uang kartal selama tiga tahun terakhir yang sekitar 7,7 persen. Peningkatan ini terjadi karena berbelanja menjelang Natal dan akhir tahun memerlukan tambahan dana.
Dari hasil survei, sekitar 25 persen responden mengalokasikan tambahan pengeluaran untuk berbelanja. Sebanyak 18 persen responden menambah anggaran belanja Rp 100.000-Rp 1 juta, sedangkan 5 persen responden mengalokasikan tambahan pengeluaran di atas Rp 1 juta-Rp 5 juta.
Ini perilaku konsumen menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Setelah bekerja keras mengumpulkan pundi-pundi selama setahun penuh, kini saatnya memuaskan kebutuhan menjelang akhir tahun dan menyambut tahun yang baru. (GIANIE/LITBANG KOMPAS)
Dari hasil survei, sekitar 25 persen responden mengalokasikan tambahan pengeluaran untuk berbelanja. Sebanyak 18 persen responden menambah anggaran belanja Rp 100.000-Rp 1 juta, sedangkan 5 persen responden mengalokasikan tambahan pengeluaran di atas Rp 1 juta-Rp 5 juta.
Ini perilaku konsumen menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Setelah bekerja keras mengumpulkan pundi-pundi selama setahun penuh, kini saatnya memuaskan kebutuhan menjelang akhir tahun dan menyambut tahun yang baru. (GIANIE/LITBANG KOMPAS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda Tentang Artikel diatas?
Silakan komentarnya, Terima Kasih