Dalam hitungan hari, satelit ROSAT milik Jerman seberat 2,5 ton akan meluncur memasuki atmosfer Bumi. Belum bisa dipastikan kapan dan di mana persis lokasi jatuhnya.
Di tengah kondisi tak pasti, teleskop sinar-X ini menjadi satu dari 22 ribu sampah angkasa luar yang dipantau Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Sebagian besar di antaranya adalah pecahan roket atau satelit akibat tumbukan antariksa.
Menurut Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan LAPAN, Thomas Djamaluddin, dibandingkan satelit Upper Atmosphere Research Satellite (UARS) milik Badan Antariksa Amerika (NASA), satelit ROSAT lebih kecil. Ini terlihat dari pemantauan radar. Meski demikan, satelit ini menyimpan potensi bahaya.
“Panjangnya sekitar 7,5 meter dan bobot 2,5 ton, namun karena teleskop sinar-X, komponen-komponennya relatif tahan panas. Sistemnya pun relatif tahan panas. Diperkirakan ada benda-benda–-belum dirinci bagian mana--dapat bertahan dari efek pemanasan saat masuk atmosfer Bumi,” kata dia.
Benda-benda yang tak habis terbakar perisai Bumi itu berpotensi melukai mahluk hidup, termasuk manusia. Namun, “Kemungkinannya kecil. Kemungkinan jatuh di permukaan Bumi 1 : 2.000.”
Seperti dimuat Space.com, Badan Antariksa Jerman, Deutsches Zentrum für Luft und Raumfahrt (DLR) memperkirakan, sekitar 1,7 ton bagian satelit akan lolos dari atmosfer--terdiri dari 30 potongan kaca dan fragmen keramik.
Diperkirakan, kemungkinan pecahan ROSAT akan menghantam manusia adalah 1 : 2.000. Ini lebih besar dari peluang jatuhnya puing satelit UARS, yang 1 : 3.200.
ROSAT mengorbit sejak 1990. Selama itu ia banyak menyumbangkan gambar dan informasi tentang bintang. Pada 1999 lalu, para ilmuwan kehilangan kontak. ROSAT melayang tanpa kendali di luar angkasa.
Di tengah kondisi tak pasti, teleskop sinar-X ini menjadi satu dari 22 ribu sampah angkasa luar yang dipantau Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Sebagian besar di antaranya adalah pecahan roket atau satelit akibat tumbukan antariksa.
Menurut Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan LAPAN, Thomas Djamaluddin, dibandingkan satelit Upper Atmosphere Research Satellite (UARS) milik Badan Antariksa Amerika (NASA), satelit ROSAT lebih kecil. Ini terlihat dari pemantauan radar. Meski demikan, satelit ini menyimpan potensi bahaya.
“Panjangnya sekitar 7,5 meter dan bobot 2,5 ton, namun karena teleskop sinar-X, komponen-komponennya relatif tahan panas. Sistemnya pun relatif tahan panas. Diperkirakan ada benda-benda–-belum dirinci bagian mana--dapat bertahan dari efek pemanasan saat masuk atmosfer Bumi,” kata dia.
Benda-benda yang tak habis terbakar perisai Bumi itu berpotensi melukai mahluk hidup, termasuk manusia. Namun, “Kemungkinannya kecil. Kemungkinan jatuh di permukaan Bumi 1 : 2.000.”
Seperti dimuat Space.com, Badan Antariksa Jerman, Deutsches Zentrum für Luft und Raumfahrt (DLR) memperkirakan, sekitar 1,7 ton bagian satelit akan lolos dari atmosfer--terdiri dari 30 potongan kaca dan fragmen keramik.
Diperkirakan, kemungkinan pecahan ROSAT akan menghantam manusia adalah 1 : 2.000. Ini lebih besar dari peluang jatuhnya puing satelit UARS, yang 1 : 3.200.
ROSAT mengorbit sejak 1990. Selama itu ia banyak menyumbangkan gambar dan informasi tentang bintang. Pada 1999 lalu, para ilmuwan kehilangan kontak. ROSAT melayang tanpa kendali di luar angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda Tentang Artikel diatas?
Silakan komentarnya, Terima Kasih