Penjelajahan di Mars kini bertujuan mencari tanda-tanda kehidupan di planet merah tersebut.
"Kami akan memasuki transisi dari misi mencari air menjadi misi mencari tanda kehidupan," kata Doug McCuistion, direktur Mars Exploration Program dari NASA pada diskusi panel di National Air and Space Museum di Washington minggu lalu.
Babak baru eksplorasi Mars itu dimulai seiring dengan peluncuran pesawat antariksa NASA, Curiosity. Penjelajahan Mars sendiri sudah berlangsung selama 4 dekade.
Pesawat antariksa ini berbeda dengan Spirit dan Opportunity yang diluncurkan sebelumnya sebab ukurannya yang lebih kecil. Namun demikian, bukan berarti pesawat ini kalah canggih. Curiosity akan bermuatan instrumen yang lebih kompleks. Di samping itu, pesawat antariksa ini juga akan dilengkapi dengan laboratorium kimia on board.
Curiosity juga akan dilengkapi "kamera kimia". McCuistion mengatakan, alat tersebut bisa menembakkan laser pada batuan dan membuat plasma yang bisa dianalisanya sehingga bisa mengidentifikasi sampel.
Dalam misi pencarian tanda kehidupan itu, pencarian senyawa organik menjadi agenda penting yang dilakukan. Senyawa itu bisa menjadi petunjuk adanya atau pernah adanya kehidupan di Mars. "Salah satu yang pertanyaan kunci yang kita ajukan adalah dimana senyawa organik itu ada," kata Jennifer Eigenbrode, ilmuwan dari Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt, Amerika Serikat.
Logikanya, menurut peneliti, kehidupan yang mungkin pernah ada bisa meninggalkan senyawa organik. Sama seperti hewan yang meninggalkan fosil, mikroorganisme juga bisa meninggalkan jejak keberadaannya. Eigenbrode mengatakan, "Dalam kondisi tertentu, senyawa organik, yang terbentuk atas ikatan karbon, bisa terawetkan. Ini disebut fosil molekuler."
Curiosity rencananya akan dilengkapi dengan peralatan yang bisa mendeteksi fosil molekuler ini. Jadi, Curiosity bisa mengetahui bentuk kehidupan sekecil mikroorganisme yang ada di Mars.
Meski dilengkapi peralatan canggih, hambatan dalam studi tetap ada. Hambatan utamanya adalah keterbatasan pengetahuan atau konsep yang dikuasai. Salah satunya tentang senyawa organik. Jika nantinya benar ditemukan, senyawa ini tak lantas menjadi tanda ada kehidupan di Mars. Sebab, bisa saja senyawa itu berasal dari meterorit atau terbentuk lewat proses geologi Mars.
Kedua adalah pengertian tentang kehidupan. Misalnya, saat ini dipahami bahwa makhluk hidup selalu membutuhkan air. Tetapi, apakah memang benar demikian? Apakah tidak ada senyawa lain, semisal metana, yang bisa mendukung kehidupan?
Terkait dengan hal terakhir, European Space agency (ESA) dan NASA pada tahun 2016 akan bekerja sama melaksanakan misi ke Mars. Tujuannya adalah untuk mencari metana, menggali permukaan Mars untuk menemukan bentuk kehidupan yang mungkin ada. (Yunanto Wiji Utomo)
"Kami akan memasuki transisi dari misi mencari air menjadi misi mencari tanda kehidupan," kata Doug McCuistion, direktur Mars Exploration Program dari NASA pada diskusi panel di National Air and Space Museum di Washington minggu lalu.
Babak baru eksplorasi Mars itu dimulai seiring dengan peluncuran pesawat antariksa NASA, Curiosity. Penjelajahan Mars sendiri sudah berlangsung selama 4 dekade.
Pesawat antariksa ini berbeda dengan Spirit dan Opportunity yang diluncurkan sebelumnya sebab ukurannya yang lebih kecil. Namun demikian, bukan berarti pesawat ini kalah canggih. Curiosity akan bermuatan instrumen yang lebih kompleks. Di samping itu, pesawat antariksa ini juga akan dilengkapi dengan laboratorium kimia on board.
Curiosity juga akan dilengkapi "kamera kimia". McCuistion mengatakan, alat tersebut bisa menembakkan laser pada batuan dan membuat plasma yang bisa dianalisanya sehingga bisa mengidentifikasi sampel.
Dalam misi pencarian tanda kehidupan itu, pencarian senyawa organik menjadi agenda penting yang dilakukan. Senyawa itu bisa menjadi petunjuk adanya atau pernah adanya kehidupan di Mars. "Salah satu yang pertanyaan kunci yang kita ajukan adalah dimana senyawa organik itu ada," kata Jennifer Eigenbrode, ilmuwan dari Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt, Amerika Serikat.
Logikanya, menurut peneliti, kehidupan yang mungkin pernah ada bisa meninggalkan senyawa organik. Sama seperti hewan yang meninggalkan fosil, mikroorganisme juga bisa meninggalkan jejak keberadaannya. Eigenbrode mengatakan, "Dalam kondisi tertentu, senyawa organik, yang terbentuk atas ikatan karbon, bisa terawetkan. Ini disebut fosil molekuler."
Curiosity rencananya akan dilengkapi dengan peralatan yang bisa mendeteksi fosil molekuler ini. Jadi, Curiosity bisa mengetahui bentuk kehidupan sekecil mikroorganisme yang ada di Mars.
Meski dilengkapi peralatan canggih, hambatan dalam studi tetap ada. Hambatan utamanya adalah keterbatasan pengetahuan atau konsep yang dikuasai. Salah satunya tentang senyawa organik. Jika nantinya benar ditemukan, senyawa ini tak lantas menjadi tanda ada kehidupan di Mars. Sebab, bisa saja senyawa itu berasal dari meterorit atau terbentuk lewat proses geologi Mars.
Kedua adalah pengertian tentang kehidupan. Misalnya, saat ini dipahami bahwa makhluk hidup selalu membutuhkan air. Tetapi, apakah memang benar demikian? Apakah tidak ada senyawa lain, semisal metana, yang bisa mendukung kehidupan?
Terkait dengan hal terakhir, European Space agency (ESA) dan NASA pada tahun 2016 akan bekerja sama melaksanakan misi ke Mars. Tujuannya adalah untuk mencari metana, menggali permukaan Mars untuk menemukan bentuk kehidupan yang mungkin ada. (Yunanto Wiji Utomo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda Tentang Artikel diatas?
Silakan komentarnya, Terima Kasih