Data mencatat adanya pertumbuhan eksponensial seiring transformasi era digital di seluruh dunia. Storage akan menjadi aspek terpenting untuk menampung data-data tersebut, baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur.
Lantas, bagaimana tren teknologi storage pada 2011? Berikut 10 tren storage utama seputar transformasi data center yang diprediksi oleh Hu Yoshida, chief technology officer (CTO) Hitachi Data Systems.
1. Adopsi virtualisasi storage semakin cepat
Ia menjadi pondasi bagi penerapan komputasi awan dan data center yang dinamis dengan tingkat ketersediaan tinggi. Virtualisasi storage, virtualisasi dari array storage eksternal memungkinkan migrasi dari satu array ke array yang lain tanpa gangguan. Sementara itu, lingkungan dynamic provisioning memungkinkan storage disediakan dalam hitungan menit.
2. Integrasi virtualisasi server dan storage semakin erat
Integrasi ini diperlukan untuk meningkatkan adopsi virtualisasi data center. Saat ini, virtualisasi server sudah matang melebihi pengurangan biaya dari konsolidasi server print, file, test dan development untuk mendukung server aplikasi tier 1.
3. Adopsi virtual tiering untuk manajemen daur hidup
Saat ini, virtual tiering mampu mengalokasikan volume ke satu pool of storage (kumpulan storage) yang berisi kinerja, biaya dan jumlah tier pada storage. Virtual tiering juga memiliki kecerdasan untuk memindahkan komponen dari volume tersebut ke tier yang lain berdasarkan jumlah akses.
Lantas, bagaimana tren teknologi storage pada 2011? Berikut 10 tren storage utama seputar transformasi data center yang diprediksi oleh Hu Yoshida, chief technology officer (CTO) Hitachi Data Systems.
1. Adopsi virtualisasi storage semakin cepat
Ia menjadi pondasi bagi penerapan komputasi awan dan data center yang dinamis dengan tingkat ketersediaan tinggi. Virtualisasi storage, virtualisasi dari array storage eksternal memungkinkan migrasi dari satu array ke array yang lain tanpa gangguan. Sementara itu, lingkungan dynamic provisioning memungkinkan storage disediakan dalam hitungan menit.
2. Integrasi virtualisasi server dan storage semakin erat
Integrasi ini diperlukan untuk meningkatkan adopsi virtualisasi data center. Saat ini, virtualisasi server sudah matang melebihi pengurangan biaya dari konsolidasi server print, file, test dan development untuk mendukung server aplikasi tier 1.
3. Adopsi virtual tiering untuk manajemen daur hidup
Saat ini, virtual tiering mampu mengalokasikan volume ke satu pool of storage (kumpulan storage) yang berisi kinerja, biaya dan jumlah tier pada storage. Virtual tiering juga memiliki kecerdasan untuk memindahkan komponen dari volume tersebut ke tier yang lain berdasarkan jumlah akses.
Dengan demikian pengguna tak perlu mengklasifikasikan sebuah volume dan mengalokasikannya ke satu tier storage. Pengguna juga tak perlu menaikkan atau menurunkan volume ke tier tertentu berdasarkan aktivitas. Virtual Tiering atau Dynamic Tiering akan melakukannya secara otomatis tanpa perlu melakukan klasifikasi atau pemindahan antar tier.
4. Saatnya menggunakan SSD (Solid State Drive) dalam konfigurasi virtual tier
SSD mampu meningkatkan kinerja sekaligus menurunkan biaya dalam konfigurasi virtual tier. Saat ini, 80 persen lebih volume tergolong tidak aktif, hanya sedikit saja jumlah SSD yang dibutuhkan dalam Tier 1 untuk melayani komponen-komponen yang aktif dari satu volume. Sebagian besar volume bisa memakai drive SAS atau SATA yang lebih murah.
5. Adopsi Serial Attached SCSI (SAS) untuk sistem storage enterprise
Tidak seperti Fibre Channel (FC) loop yang digunakan mendukung drive FC pada sistem-sistem storage tua, SAS adalah protokol point-to-point. FC loop mensyaratkan setiap drive dalam loop membantu akses ke loop tersebut yang mengakibatkan inefisiensi. Jika drive yang lebih cepat – seperti drive SSD - disambungkan ke loop itu, akan menghabiskan loop tersebut sehingga drive yang lain tidak kebagian akses.
4. Saatnya menggunakan SSD (Solid State Drive) dalam konfigurasi virtual tier
SSD mampu meningkatkan kinerja sekaligus menurunkan biaya dalam konfigurasi virtual tier. Saat ini, 80 persen lebih volume tergolong tidak aktif, hanya sedikit saja jumlah SSD yang dibutuhkan dalam Tier 1 untuk melayani komponen-komponen yang aktif dari satu volume. Sebagian besar volume bisa memakai drive SAS atau SATA yang lebih murah.
5. Adopsi Serial Attached SCSI (SAS) untuk sistem storage enterprise
Tidak seperti Fibre Channel (FC) loop yang digunakan mendukung drive FC pada sistem-sistem storage tua, SAS adalah protokol point-to-point. FC loop mensyaratkan setiap drive dalam loop membantu akses ke loop tersebut yang mengakibatkan inefisiensi. Jika drive yang lebih cepat – seperti drive SSD - disambungkan ke loop itu, akan menghabiskan loop tersebut sehingga drive yang lain tidak kebagian akses.
6. Drive SFF (Small Form Factor) akan semakin banyak ditemui, terutama karena efisiensi daya dan pendinginan yang dimiliki SFF. Peranti SFF adalah drive 2,5 inci yang mengonsumsi daya sekitar 6-8 watt, dibandingkan drive Large Form Factor (LFF) 3,5 inci yang memakan 12-15 watt. Dengan demikian, SFF memangkas daya dan pendinginan secara dramatis, ditambah juga penghematan dari pemakaian ruangan.
7. Awan diterima sebagai salah satu model infrastruktur.
Komputasi Awan akan mulai diterima sebagai salah satu konsep yang teruji. Sejumlah landasan ke Awan akan mendorong adopsi dengan menyediakan sejumlah peranti manajeman dan lapisan orkestrasi yang menyediakan transparansi seluruh proses.
8. Konvergensi data center melonjak.
Konvergensi infrastruktur server, storage, dan jaringan akan menyederhanakan dan mempercepat penggelaran aplikasi. Penggunaan server, storage, dan virtualisasi jaringan memberikan jalan bagi platform terbuka yang efisien dan melindungi investasi pengguna.
9. Aplikasi semakin transparan dalam virtualisasi storage atau aplikasi akan membutuhkan infrastruktur Awan. Tanpa transparansi ini, para pengguna aplikasi tidak bisa mengetahui apakah target Service Level Agreement (SLA) sudah tercapai, bagaimana mengetahui mekanisme penagihannya, perencanaan utilisasi, dan tingkat kesehatan dari infrastrukturnya.
10. Layanan terkelola (managed services) jarak jauh mulai tersedia
Remote Managed Services ini akan mengurangi beban monitoring, pelaporan, peringatan, dan manajemen yang menghambat operasional TI beralih ke teknologi baru.
7. Awan diterima sebagai salah satu model infrastruktur.
Komputasi Awan akan mulai diterima sebagai salah satu konsep yang teruji. Sejumlah landasan ke Awan akan mendorong adopsi dengan menyediakan sejumlah peranti manajeman dan lapisan orkestrasi yang menyediakan transparansi seluruh proses.
8. Konvergensi data center melonjak.
Konvergensi infrastruktur server, storage, dan jaringan akan menyederhanakan dan mempercepat penggelaran aplikasi. Penggunaan server, storage, dan virtualisasi jaringan memberikan jalan bagi platform terbuka yang efisien dan melindungi investasi pengguna.
9. Aplikasi semakin transparan dalam virtualisasi storage atau aplikasi akan membutuhkan infrastruktur Awan. Tanpa transparansi ini, para pengguna aplikasi tidak bisa mengetahui apakah target Service Level Agreement (SLA) sudah tercapai, bagaimana mengetahui mekanisme penagihannya, perencanaan utilisasi, dan tingkat kesehatan dari infrastrukturnya.
10. Layanan terkelola (managed services) jarak jauh mulai tersedia
Remote Managed Services ini akan mengurangi beban monitoring, pelaporan, peringatan, dan manajemen yang menghambat operasional TI beralih ke teknologi baru.
Selama lebih dari 10 tahun, mandat yang diberikan kepada TI adalah mengerjakan lebih banyak hal dengan infrastruktur yang lebih sedikit.
Untuk melakukan transformasi data center, staf TI tidak perlu lagi mencari waktu guna pelatihan, perencanaan, dan eksekusi. Sekelompok ahli TI yang beroperasi di luar Service Operations Center menggunakan peranti manajemen jarak jauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda Tentang Artikel diatas?
Silakan komentarnya, Terima Kasih