Asian Games XVI Guangzhou, Cina, telah berakhir hari kemarin (27/11). Kontingen tuan rumah yang memang mengirimkan kontingen paling besar keluar sebagai juara umum. Belum ada yang bisa mematahkan dominasi itu sejak tahun 1982 lalu dan kali ini Cina kembali membuktikan bahwa dia masih yang terbaik.
Cina benar-benar tak terkalahkan di peringkat pertama setelah mengumpulkan 192 emas, sebuah angka yang fantastis jika dibandingkan empat tahun lalu saat negara ini menjadi juara umum dengan koleksi 159 emas di Asian Games Doha, Qatar. Menyusul di peringkat kedua, Korea Selatan serta ada Jepang di bawahnya.
Indonesia berada di peringkat 15. Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia masuk urutan ketiga di bawah Thailand dan Malaysia. Kedua negara ini secara berurutan berada di peringkat 9 dan 10. Tentunya ini bakal menjadi pekerjaan rumah yang tidak mudah jika Indonesia ingin tampil menjadi yang terbaik dan bersaing dengan kedua negara ini di SEA Games tahun depan.
Lagu "Sing Sing So" dari Sumatera Utara mengalun syahdu pada prosesi penutupan Asian Games XVI/2010 mewakili seni budaya kawasan Asia Tenggara di Pulau Haixinsha Guangzhou, Sabtu.
Pesta olahraga terbesar di Asia itu resmi ditutup dalam sebuah prosesi yang megah bernuansa kolosal di pulau yang terbentuk dari delta Sungai Mutiara atau Pearl River yang penuh dengan lampu warna warni dan pesta kembang api.
Kota Guangzhou sebagai tuan rumah Asian Games XVI/2010 mengakhiri skenario dua pekan lebih perhelatan pesta olahraga tingkat Asia itu dengan sempurna, penuh semarak dan prestasi.
China dengan Kota Guangzhou sukses menggelar sebagai tuan rumah sekaligus sukses prestasi dimana Kontingen Negeri Tirai Bambu menjadi Juara Umum Asian Games XVI/2010 dengan raihan medali "spektakuler" yakni 199 medali emas, 119 perak dan 98 perunggu.
"Terima kasih Guangzhou dan Dongguan, yang telah memberikan yang terbaik bagi Asia. Event ini akan dikenang dalam perjalanan prestasi olahraga Asia," kata Presiden Olympic Council of Asian (OCA) Sheikh Ahmad Al-Fahad Al-Sabah dalam kata-kata penutupannya.
Ia menyebutkan, selama dua pekan sekitar sepuluh ribu atlet dari 45 negara di Asia bertarung dan berjuang demi prestasi dan kehormatan.
Pada acara penutupan itu juga ditandai dengan penyerahan bendera OCA dari Presiden OCA Ahmad Al-Fahad Al-Sabah kepada Ketua Komite Olahraga Korea Selatan yang akan menjadi tuan rumah Asian Games XVII/2014 di Kota Incheon.
Selain itu juga diserahkan bendera Asian Games I/1951 di New Delhi India, yang merupakan simbol dari persatuan dan sejarah prestasi olahraga Asia.
Perhelatan Asian Games XVI/2010 benar-benar `berakhir` dengan padamnya api Asian Games XVI/2010 di tengah-tengah kaldron yang diletakkan di Pulau Haixinsha di aliran Sungai Mutiara sejak 12 November 2010 lalu.
Harmoni Asia
Setiap kawasan peserta Asian Games XVI/2010 mendapat kehormatan untuk menampilkan art performance yang menggambarkan kekayaan seni budaya masing-masing. Indonesia menjadi wakil dari Asia Tenggara menampilkan art performance khas Sumatera Utara dengan lagu Sing Sing So.
Alunan lagu Sing Sing So yang dibawakan artis yang tergabung di grup Gita Nusantara diawali dengan munculnya perahu dari air yang ditumpangi oleh lima orang penyanyi.
Dengan latar lampu biru, dan kilauan bintang-bintang sebagai latar membuat suasana `slow` menyatu di perhelatan akhir dari Asian Games 2010. Art performance yang menampilkan seni budaya Indonesia diiringi alunan musik Bian Liunian dan Zhao Zhao, pimpinan Wang Hao.
Pentas lainnya adalah art performance dari kawasan Timur Tengah yang diwakili Libanon, Khazakstan, Mongolia, India, Jepang.
Masing-masing menggelar art performance selama lima hingga tujuh menit dengan membawa pesan keragaman Asia terhimpun dan tersatukan dalam Asian Games XVI/2010 di Kota Guangzhou.
Guangzhou benar-benar meraih missi yang mereka gaungkan "Thrilling Games Harmonious Asia", tentang permainan yang menggetarkan hati yang mendorong keharmonisan Asia.
Seperti pada acara pembukaan 12 November 2010 lalu, prosesi upacara penutupan arahan Chen Weiya diwarnai dengan padamnya obor diatas kaldron yang diikuti dengan pesta kembang api dan aplaus dari puluhan ribu `saksi mata` yang hadir di Pulau Haixinsha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda Tentang Artikel diatas?
Silakan komentarnya, Terima Kasih