Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) terus memantau perkembangan letusan Gunung Merapi.
Foto terbaru NASA yang diambil melalui fasilitas Advanced Spaceborne
Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER) pada Satelit Terra
diambil Senin 15 November 2010.
Foto
didominasi warna merah tua ini menunjukkan bahaya aliran priroklastik
Merapi. Longsoran berupa gas panas, debu, dan batuan membara meluncur
dengan cepat. Bahkan mencapai kecepatan lebih dari 150 kilometer per
jam. Aliran piroklastik ini biasanya mengikuti medan tertentu, namun
bisa menyebar ke area yang lebih luas.
Gambar
dari instrumen ASTER pada Satelit Terra NASA menunjukkan aliran
piroklastik yang besar di sepanjang Sungau Gendol, di Selatan Merapi.
Deposit lahar mengalir ke Sungai Gendol. Sementara di utara tempat
latihan golf Merapi, fitur merah menggambarkan daerah terdampak aliran
piroklastik yang menyebabkan kehancuran nyaris total. Sementara, wilayah
abu-abu gelap, sebagian besar pohon tumbang dan tanah dilapisi abu dan
batu.
Foto
lain yang diambil NASA bertanggal 10 November 2010. Foto ini
menggambarkan abu tebal yang ke luar dari arah Merapi di hari itu. Foto
ini diambil melalui instrumen Moderate Resolution Imaging
Spectroradiometer (MODIS) di Satelit Terra. Pada 11 November 2010, NASA
juga mengeluarkan peta konsentrasi sulfur (belerang) dioksida pada 4-8
November 2010. Ini adalah gas berwarna yang bisa membahayakan kesehatan
manusia, sekaligus mendinginkan iklim di Bumi, juga memicu hujan asam.
Peta
ini diambil oleh instrumen Ozone Monitoring Instrument (OMI) di Satelit
Aura NASA. Pada tanggal 9 November 2010, Volcanic Ash Advisory Centre
di Darwin, Australia, melaporkan ketinggian awan belerang dioksida di
Samudera Hindia antara 12.000 dan 15.000 meter. Jika sebuah gunung
berapi di dekat khatulistiwa menyuntikkan cukup banyak jumlah belerang
dioksida ke stratosfer, reaksi kimia yang dihasilkan dapat membuat
aerosol reflektif yang masih melekat selama berbulan-bulan atau bahkan
bertahun-tahun — bisa merefleksikan sinar matahari dan menurunkan iklim.
Sumber : ruanghati.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda Tentang Artikel diatas?
Silakan komentarnya, Terima Kasih