Sebuah nasal-spray (ala penyemprot yang dihirup melalui hidung) dapat menyembuhkan rasa malu, berdasarkan sebuah studi.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa hormon oxytocin dapat menolong orang-orang dengan sifat pemalu yang berlebihan. Demikian yang dikutip dari Telegraph, Jumat (24/9/2010).
Zat kimia yang juga disebut sebagai "hormon cinta" ini diketahui dapat meningkatkan rasa empati dan ikatan, terutama orang tua dengan anaknya. Kini para ilmuwan telah menemukan bahwa hormon tersebut bisa meningkatkan kemampuan sosial dari orang-orang pemalu. Meskipun begitu, hormon oxytocin berpengaruh kecil pada orang-orang yang memiliki rasa percaya diri secara alami.
"Hormon Oxytocin dipercaya bisa membuat orang menjadi lebih berempati dan pengertian. Penelitian kami membuktikan bahwa hormon oxytocin dapat menolong orang-orang yang memiliki masalah dengan hubungan sosial, tapi memiliki dampak yang kecil pada orang-orang yang hubungan sosialnya berhasil," ujar Prof Jennifer Bartz, dari Mount Sinai School of Medicine.
"Meski membutuhkan penelitian lebih lanjut tapi hasil ini menandai potensi oxytocin untuk melawan penyakit orang-orang dengan masalah hubungan sosial, contohnya penderita autisme," tambah Bartz. Penemuan ini tentunya dapat membantu orang-orang yang memiliki masalah dengan hubungan sosial.
Para peneliti di Israel Seaver Autism Center for Research and Treatment dan Universitas Columbia sedang menguji apakah hormon oxytocin yang ada di tubuh kita dapat membuat kita lebih mengerti orang lain.
Ilmuwan-ilmuwan tersebut mengadakan tes dengan 27 orang pria sehat sebagai sukarelawan, memberi mereka hormon oxytocin melalui nasal-spray di hidung mereka lalu menanyakan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat akurasi rasa empati mereka. Di ujicoba ini juga diberikan pertanyaan-pertanyaan seputar hal emosional kepada para relawan, juga untuk mengukur kadar empati mereka. Selain itu juga dilakukan tes Autism Spectrum Quotient (AQ) yang biasa diterapkan pada pasien autisme, untuk mengukur tingkat kompetensi sosial mereka.
Hasil ujicoba tersebut, para relawan ujicoba tersebut menjadi lebih berempati ke orang lain. Lebih baik sebelum mereka diberi hormon oxytocin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda Tentang Artikel diatas?
Silakan komentarnya, Terima Kasih