Selasa, 20 Juli 2010

BUDIDAYA IKAN KERAPU DI TELUK BETUNG, LAMPUNG

Bookmark and Share

Kerapu bebek Cromileptes altivelis selama ini paling banyak dibudidayakan di Teluk Lampung. Maklum, inilah kerapu dengan harga jual menggiurkan. Pengepul berani membeli seharga Rp350.000-Rp500.000 per kg. Kerapu-kerapu itu mayoritas masuk pasar ekspor. Negara penyerap utama adalah Hongkong, China, dan Taiwan.
Sejatinya tak hanya kerapu bebek yang dibudidayakan. Kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus dan lumpur E. coioides juga kelompok kerapu demersal yang sukses dibudidayakan peternak tanahair.
Harganya? Memang jauh dibanding kerapu bebek, macan Rp80.000-Rp130.000/kg dan lumpur Rp60.000 per kg. Toh jenis-jenis itu tetap diserap pasar mancanegara.
Kertang termasuk jenis kerapu yang diminati pasar. Harganya berkisar US$9-US$9,5 setara Rp106.560-Rp112.480 (kurs rupiah US$=Rp11.840) per kg. Sayangnya kerapu yang dapat mencapai bobot 500 g per ekor dalam tempo 6-7 bulan itu masih mengandalkan tangkapan alam. Belakangan Balai Budidaya Laut (BBL) Lampung sukses menangkarkan jenis yang dilirik konsumen Singapura, Jepang, dan Taiwan itu.
Indonesia kaya jenis kerapu. Paling tidak terdapat 46 jenis anggota keluarga Serranidae itu yang tersebar di seluruh laut Nusantara. Semua ikan yang kaya kandungan protein antara lain Eicosapentaenoat Acid (EPA) dan Deicosahencanoic Acid (DHA) itu berprospek untuk dibudidayakan. Namun, sejauh ini hanya beberapa yang telah dicoba karena memiliki nilai ekonomi tinggi seperti kerapu bebek, macan, dan lumpur. Belakangan jenis kertang mulai dilirik.
Kertang Epinephelus lanceolatus
Kertang Epinephelus lanceolatus memiliki beberapa kelebihan. Ia tahan perubahan lingkungan dan penyakit. Giant grouper-sebutan kertang di Inggris-mampu hidup pada salinitas rendah, berkisar 5-33 ppt; kerapu lain umumnya 31-34 ppt. Laju pertumbuhan kertang cepat. Untuk mencapai ukuran 5-7 cm dibutuhkan 25-35 hari. Kertang dewasa dapat mencapai panjang tubuh 3 m. Di Indonesia kertang tersebar di perairan Padang, Bengkulu, Kepulauan Seribu, Karimunjawa, Bawean, Flores, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan.
Sunu Plectropomus leopardus
Ikan yang dikenal sebagai coral trout-kerapu karang-ini punya ciri corak warna merah atau cokelat kehijauan bertotol biru. Sunu Plectropomus leopardus dewasa, umur 4 tahun atau lebih, dapat mencapai panjang 35-120 cm dengan bobot sampai 9 kg/ ekor. Harga sunu lebih mahal dibanding kertang, mencapai Rp189.440-Rp307.840 per kg. Sunu di tanahair terdapat di Padang, Bengkulu, Teluk Banten, Kepulauan Seribu, Karimunjawa, Bawean, Sulawesi Utara, Kepulauan Sangir, Ternate, Bacan, Ambon, Banda, Kepulauan Kei, dan Flores.
Lodi
Fisiknya mirip sunu, tapi totol warna birunya lebih jarang. Ikan berdaging lembut ini dapat mencapai panjang 70 cm dengan bobot 6 kg/ekor. Harganya sama dengan sunu. Penyebaran lodiPlectropomus maculatus selama ini ada di Padang, Nias, Sibolga, Kepulauan Seribu, Karimunjawa, Sulawesi Selatan, Teluk Banten, Halmahera, dan Ternate.
Malabar Epinephelus malabaricus
Sosoknya mirip lumpur E. coioides. Tubuhnya memanjang dan gilik dengan warna dasar abu-abu muda dan bintik-bintik di tubuh. Bedanya, bintik malabar hitam dan ukurannya lebih kecil. Malabar Epinephelus malabaricus yang mudah dijumpai di perairan karang, muara, mangrove, dan perairan berlumpur itu dapat mencapai panjang 115 cm dan bobot 25 kg/ekor. Malabar banyak terdapat di Kepulauan Seribu, Karimunjawa, Bawean, Padang, Bengkulu, Nias, Aceh, Sumatera Utara,
Batu Cephalopholis boenack
Kerapu jenis ini hidup di sela-sela karang mati. Tubuhnya berwarna dasar cokelat dengan pita-pita vertikal hitam pucat. Kerapu yang hidup di perairan dangkal hingga kedalaman 30 m itu ukurannya relatif kecil, sekitar 22 cm. Nah, sejak populasi kerapu-kerapu besar di Hongkong menurun drastis, kerapu batu Cephalopholis boenack menjadi buruan nelayan. Di Indonesia, brown coral cod ini tersebar di perairan pantai barat Sumatera, Bangka, Belitung, Kalimantan Timur, Kepulauan Seribu, Karimunjawa, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Buru, dan Ambon.
(Prof Dr Asikin Djamali, pemerhati sumberdaya ikan dan lingkungan laut)
IKAN KERAPU
Kerapu merupakan jenis ikan komersial yang suka hidup di perairan karang, di antara celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan karnivora yang tergolong kurang aktif ini relatif mudah dibudidayakan, karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi. Untuk memenuhi permintaan akan ikan kerapu yang terus meningkat, tidak dapat dipenuhi dari hasil penangkapan sehingga usaha budidaya merupakan salah satu peluang usaha yang masih sangat terbuka luas. Dikenal 3 jenis ikan kerapu, yaitu kerapu tikus, kerapu macan, dan kerapu bangkal yang telah tersedia dan dikuasai teknologinya. Dari ketiga jenis ikan kerapu di atas, untuk pengembangan di Kabupaten Buleleng ini disarankan jenis ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Hal ini karena harga per kilogramnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan kedua jenis kerapu lainnya. Di Indonesia, kerapu tikus ini dikenal juga sebagai kerapu bebek atau di dunia perdagangan internsional mendapat julukan sebagai panther fish karena di sekujur tubuhnya dihiasi bintik-bintik kecil bulat berwarna hitam.
Investasi dalam budidaya kerapu sangat prospektif karena harga kerapu sangat komersial. Sebagai gambaran umum adalah ikan kerapu Tikus dan kerapu Bangkal harga di dalam negeri Rp.300.000,- sampai dengan Rp.400.000,- per kg, sedangkan di luar negeri yaitu di Hongkong dan Singapura berkisar US$ 50 – 100 per kg.  Jenis ikan kerapu Macan harga di dalam negeri     Rp. 80.000,- sampai dengan Rp. 180.000,- per kg. dan di Hongkong mencapai US$ 12 – 17 per kg.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda Tentang Artikel diatas?
Silakan komentarnya, Terima Kasih