Kamis, 04 Maret 2010

Wisata Xinjiang, China

Berdagang sambil berwisata di jalan sutra
SEJAK awal abad III, wilayah yang kini disebut Xinjiang telah diperebutkan oleh negara-negara di sekitarnya. 
Letaknya yang strategis membuat Dinasti Han di China, suku-suku di Mongol, dan bangsa-bangsa yang berdiam di Asia Tengah mengincarnya. Wilayah ini jadi bagian dari Jalan Sutra yang terkenal itu.
Xinjiang atau new frontier adalah bahasa Mandarin bagi “Tarim” atau “Dzungaria”, yang terletak di sebelah barat daya (northwest) China, yang berbatasan dengan negara-negara Eropa dan Asia Tengah. Sebagai penghubung China di timur Asia dengan wilayah Eurasia, menelusuri sejarah Xinjiang sangatlah menarik karena “ketuaannya”.
Saat ini, Xinjiang seakan merupakan cerminan nyata kejayaan Jalan Sutra Darat yang membentang dari Timur Tengah, Asia Selatan, Eropa Tengah, lalu ke Asia Timur.
Interaksi antarbudaya yang dibawa oleh para pedagang dan pengelana dari berbagai bangsa meninggalkan etnis-etnis yang mewarisi karakteristik serta budaya bangsa Arab, Turki, Eropa, dan bangsa Han di China.

PANORAMA XINJIANG
Urumqi, ibu kota Provinsi Xinjiang, bersinggungan dengan berbagai bangsa melalui Jalan Sutra dan akibat dari perebutan wilayah, sangat memengaruhi masyarakat dan budayanya. Uniknya, budaya Mongol dan Turki mendominasi budaya Xinjiang sejak abad IX. Penduduknya pun merupakan hasil campuran dari bangsa-bangsa itu dengan China.
Sehingga daerah ini berbeda dengan daerah lain di China, dan menarik untuk dijadikan tujuan wisata alternatif.
Xinjiang masa kini merupakan provinsi terluas di China, berstatus “Xinjiang-Uygur Autonomus Region”. Xinjiang memegang semacam otonomi khusus mengingat wilayahnya yang didiami sukusuku minoritas muslim (suku Hui, Uygur, Kazakh, dan Kirgiz), dengan adat istiadat yang berbeda dari wilayah China lain. Wilayah ini memiliki keanekaragaman tradisi dan budaya. Jauh dari gambaran nuansa budaya China yang kita kenal sehari-hari.
Berada di Xinjiang seolah-olah tidak berada di negeri China, melainkan tengah “tersesat” di tengah Gurun Pasir Gobi dengan hidangan khas daging kambing dan domba, yang disajikan oleh lelaki tua berserban putih.

Pemandangan di Turpan, Xinjiang
Hingga kini, masyarakat Xinjiang masih melestarikan budaya para pendahulunya yang berkelana jauh dari Persia. Busana dan tulisannya pun masih tidak jauh berbeda dengan yang kita jumpai di kawasan Timur Tengah. Tarian perut, tetabuhan, dan suasana hiruk pikuk dari hentakan kaki dan tepuk tangan yang melengkapi atraksi pertunjukan, adalah hal yang biasa dijumpai di restoran-restoran masyarakat Xinjiang.
Suatu saat, bila Anda berkunjung ke Beijing, namun tidak sempat berpetualang ke Xinjiang, Anda dapat mencari restoran Xinjiang yang makin populer di kalangan ekspatriat di Beijing. Sebuah restoran Xinjiang di kawasan San Li Tun (distrik khusus untuk perwakilan diplomatik di Beijing) akan menyajikan makanan yang bercita rasa berbeda dengan Peking roast duck atau dim sum.

Kendati begitu, masakan Xinjiang justru menawarkan pilihan menu daging kambing dan domba, plus sajian musik tabuh, dan shisha (semacam alat penghisap rokok yang beraroma buah-buahan dan dinikmati dengan cara menghisap aromanya melalui selang yang panjang. Alat ini banyak dijumpai di kawasan Turki dan negaranegara Arab).
Anda ingin lebih mencermati dan menghayati suasana di sekitar? 
Anda akan menyadari bahwa para pria dan wanita yang penampilannya seperti bangsa-bangsa dari Eropa, ternyata berbahasa Mandarin secara kental. Merekalah orang-orang Xinjiang, suku minoritas di Cina.

Tidak hanya kekhasan budaya, secara geografi Xinjiang juga memiliki daya tarik tersendiri. Bagi mereka yang suka berpetualang, Xinjiang dapat dijadikan sebagai pintu menuju wilayah-wilayah Eropa Tengah dan Asia Tengah. Di sebelah selatan terdapat lembah Sungai Tarim yang berbatasan dengan Kashmir, sedangkan pegunungan Tian Shan menandai perbatasan dengan Kyrgyzstan. Adapun Karakorum Highway menghubungkan dengan Kota Islamabad di Pakistan dan Kashgar melalui Terusan Khunjerab.

Tentu saja, Xinjiang juga kaya akan warisan arkeologis sebagai saksi maraknya perdagangan sutra di masa lampau yang memadukan peradaban China, Mesir, Mesopotamia, Persia, India dan Roma. Beberapa kota utama yang patut dikunjungi adalah Urumqi, Turpan, dan Kashgar.

Melihat potensi kekayaan alam dan budaya di Xinjiang, sangat memberikan peluang bisnis yang patut dijajaki oleh pihak asing, termasuk pengusaha dari Indonesia. Di bidang pariwisata, wilayah Xinjiang dapat dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata. Sementara itu, di bidang perdagangan, Xinjiang dapat menjadi salah satu tujuan ekspor produk-produk makanan muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda Tentang Artikel diatas?
Silakan komentarnya, Terima Kasih